Wednesday, February 1, 2012

differensiasi ekonomi masyarakat

DINAMIKA DIFFERENSIASI  EKONOMI MASYARAKAT: DARI MASYARAKAT MEKANIK MENUJU MASYARAKAT ORGANIS

Dikerjakan oleh: Yunindyawati/I363100011

Membaca tiga artikel Koran yang diberikan menarik dianalisis dan diinterpretasi secara sosiologis dari berbagai perspektif; antara lain perpsektif Marxian, Durkheimian, dan Weberian. Jika menggunakan perspektif Marxian maka konsep eksploitasi, hegemoni dan ketidakadilan menjadi kata kunci melihat fenomena ekonomi masyarakat. Sementara jika perspektif Weberian maka konsep orientasi tindakan ekonomi individu , ikatan social rasional, institusi ekonomi. Perspektif Durkheimian lebih melihat pada bagaimana individu dalam masyarakat mampu menginstitusionalisasi, mengatasi disintegrasi melalui jaringan social dan melihat bagaimana diferensiasi masyarakat terjadi dalam berbagai fenomena kegiatan ekonomi.

Dalam tugas ini saya mendapat bagian untuk menganalisis dan interpretasi sumber bacaan yang telah diberikan dengan menggunakan perspektif Durkeimian.

Keputusan ekonomi individu untuk tetap bertahan hidup dan tinggal di kawasan kumuh, buruk secara ekonomi dan menerima apa adanya bisa dijelaskan dengan beberapa konsep antara lain; jejaring social/social, solidaritas mekanis, kohesivitas jejaring social, integrasi social, konformitas, social institution, trust, keputusan tindakan ekonomi individu.
Mereka bertahan hidup dalam situasi tersebut karena memang ada kekuatan diluar mereka yang memaksa mereka menerimanya. Dalam hal ini Durkheim mengatakan bahwa dalam tindakan individu tidak pernah lepas dari kondisi nilai-nilai/norms ( social, ekonomi, politik, hokum, dll) yang melingkupinya. Oleh karenanya individu tidak bisa lepas dari kondisi di luar individu itu sendiri.
Jejaring social  merupakan konsep yang sering didengar seiring dengan menguatnya wacana modal social yang dikemukakan oleh R. Putnam (making Demokracy Work: Civic transition in Modern Italy, 1993; Bowling alone: America’s declining social capital, 1995) serta Francis Fukuyama The end of history and the last man; 1992, trust, the social virtues and the creatin of prosperity 1995. Jaringan social menjadi wacana dan perdebatan sejak tahun 1920an dan mendapat perhatian kembali seja Bourdieu (1980), Coleman (1988) dan Putnam (1993) mengemukakan pandangan tentang social capital.
 Dalam kasus bacaan, orang yang bertahan hidup membentuk jejaring social yang didasarkan pada kesamaan tempat tinggal (ditempat yang kumuh), status social ekonomi relative sama, dan jenis pekerjaan yang relative sama juga. Mereka berjejaring untuk bisa saling terintegrasi satu sama lain sehingga mampu mencapai kenyamanan hidup yang ditandai oleh intensitas interaksi yang relative tinggi, dilahirkan dan dibesarkan ditempat itu (aspek historis), sehingga nilai kesejarahan ikut menentukan, kelekatan terhadap rumah kumuh diperkuat oleh kepuasan terhadap hidup sehari-hari mereka membuat tingkat kohesivitas jejaring sosial menjadi semakin tinggi. Jika demikian maka akan terbangun trust diantara anggota masyarakatnya. Karenanya dapat diasumsikan solidaritas yang terbentuk diantara mereka adalah solidaritas mekanis daripada organis.
Keputusan ekonomi yang dipilih individu untuk tetap tinggal sesungguhnya didasarkan pada kemudahan mendapatkan pekerjaan jika dibanding di daerah asal mereka, kedekatan dengan tempat kerja sehingga tidak memerlukan ongkos perjalanan.  Karenanya kondisi inilah yang mempengaruhi keputusan ekonomi individu. Pertimbangan kenyamanan sesuai ukuran umum/standar hidup tidak lagi menjadi nilai-nilai yang melatari hidup mereka sehari-hari. Mereka kemudian mengacu pada nilai ekonomi yang didapat dengan tetap tinggal di wilayah kumuh tersebut. Artinya bahwa keputusan tindakan ekonomi individu itulah dasar dari bertahannya mereka hidup lalu ditunjang oleh homogenitas masyarakatnya dari sisi status social ekonomi, pekerjaan dan senasib sepenanggungan.
Orang-orang miskin seperti digambarkan dalam bacaan tidak melakukan resistensi terhadap ketidakberuntungan yang mereka alami disebabkan oleh beberapa factor. Salah satunya adalah mereka cenderung mencari konformitas terhadap persoalan yang dihadapinya. Seperti ketika Ladang minyak berkembang dikelola oleh perusahaan besar maka penduduk sekitar tidak mau dan mampu melawan. Mereka mencoba mengais rejeki dengan menjadi peminta-minta dijalan yang dilewati truk-truk yang intensitasnya semakin tinggi sering pesatnya perkembangan perusahaan. Belum ada ide dan upaya kritis untuk menuntut kesejahteraan yang tergerogoti oleh kehadiran ladang minyak (maaf meminjam istilahnya Marxist).
Selain itu meminta-minta kemudian dijadikan tindakan yang relative kolektif baik laki-laki maupun perempuan, dan menjadi salah satu mekanisme  security untuk bertahan hidup. Alih-alih ada trickle down effect sebagaimana yang diramalkan ahli pembangunan tetapi justru wajah baru yang membentuk “collective social security mechanism” yang berakar dari ketidakadilan, ketidakmerataan akses ekonomi dll. Padahal seharusnya collective social security mechanism tumbuh dan berakar dari kemampuan dan keberdayaan local yang tumbuh dari jiwa yang kuat menjadi pengharapan dan tumpuan masyarakat bukan karena keterpaksaan.
Masyarakat tidak melakukan perlawanan karena kemudian mereka mengembangkan tindakan ekonomi kolektif (mengemis bersama). Dari tiga bacaan tersebut bisa ditipologikan bentuk tindakan ekonomi kolektif sebagai berikut:

Judul bacaan
Bentuk tindakan ekonomi kolektif
Yang terempas dan yang putung
Legenda Nilai jejak kaki kyai Onggo wongso menginspirasi tindakan ekonomi kolektif masyarakat untuk memproduksi garam sebagai penghasilan yang mengandung berkah
Factor sosiopsikologis memindahkan warga
Nilai bahwa seburuk apapun kehidupan di Jakarta lebih baik ketimbang dari daerah asal menjadi “norma” bagi pendatang untuk mengembangkan tindakan ekonomi kolektif. Mereka membuka kawasan pemukiman yang relative terjangkau secara ekonomi meskipun secara hokum dan kenyamanan tidak memadai. Didorong oleh homogenitas pekerjaan memicu tindakan ekonomi mereka tetap eksis di tengah kemajuan peradaban kota.
Kampong pengemis di tepi ladang minyak
Mengemis bersama-sama sebagai tindakan ekonomi kolektif dari pada mencuri untuk bertahan hidup (collective social security mechanism)






Konseptualisasi tindakan masyarakat yang berbeda jejaring dalam bidang sosiologi pedesaan dengan konstelasi sistem social yang digambarkan dalam bacaan.

Judul bacaan
Konstelasi sistem sosial
Konseptualisasi tindakan ekonomi masyarakat  yang berbeda jejaring
Yang terempas dan yang putung
Masyarakat desa tradisional dengan derasnya industrialisasi garam oleh PT sehingga terjadi diferensiasi social usaha garam dari tradisonal menuju modern. Potret masyarakat yang berjalan dari masyarakat mekanistik menuju organis. Dimana petani garam merasa ditinggalkan sehingga kepercayaan pada pemerintah menjadi diragukan
Tindakan ekonomi  masyarakat tradisional petani garam di Dadap kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep Madura Jatim yang didasarkan pada collective conscience bahwa garam terkait dengan pemahaman religi, bersumber dari kyai dan sumber berkah, dipadukan dengan budaya dan ekonomi mereka VS tindakan ekonomi pedagang dan produsen garam yang lebih mengutamakan keuntungan ekonomis daripada kesejahteraan masyarakat desa. Mungkinkah akan muncul tindakan ekonomi kolektif distrust masyakat petani garam di pedesaan Madura?

Factor sosiopsikologis memindahkan warga
Masyarakat migrant dari daerah pedesaan ke kota metropolitan. Berangkat dari asumsi bahwa kota memberi harapan ekonomi lebih besar dari pada desa, mereka membentuk jejaring social yang didasarkan kesamaan nasib, pekerjaan, tempat tinggal.
Tindakan ekonomi  masyarakat di pemukiman kumuh (migrant dari desa) dibangun oleh adanya tindakan ekonomi individu yang merasa “nyaman dan diuntungkan” oleh adanya kedekatan tempat kerja dan kesamaan jenis pekerjaan, kohesivitas jejaring sosial, homogenitas pekerjaan, interaksi yang intens serta norms senasib sepenanggungan VS tindakan  pemerintah terkait dengan kebijakan.
Mungkinkah akan muncul tindakan ekonomi masyarakat pinggiran kota yang berjejaring membentuk kekuatan ekonomi baru sebagai mekanisme survival hidup ditengah kota metropolis?
Kampong pengemis di tepi ladang minyak
Masyarakat Dusun Jembatan II Desa petani kecamatan Mandau Duri Bengkalis Riau. Dari masyarakat sangat tradisional jika tidak dibilang primitive berhadapan dengan kekuatan ekonomi asing dan nasional yang mau tidak mau berada didekat mereka memaksa mereka masuk dalam  kehidupan individu).
Tindakan ekonomi masyarakat menjadi pengemis VS tindakan ekonomi kapitalis ansional dan asing.
Mungkinkah akan muncul tindakan ekonomi berbasis kolektivitas kaum teralienasi  karena nilai solidaritas/ kebersamaan desa dalam menggapai kehidupan ekonomi mereka digantikan oleh nilai ekonomi berbasis pasar?


No comments:

Post a Comment