Wednesday, February 1, 2012

transformasi keluarga dan komunitas

DINAMIKA TRANSFORMASI KELUARGA DAN KOMUNITAS PEDESAAN
DI DAERAH DATARAN TINGGI*
              (Dilihat dari  Pendekatan Ekonomi dan kelembagaan)

Yunindyawati/I363100011**

PENDAHULUAN:
Keluarga secara tradisional difahami sebagai sekelompok orang yang berhubungan satu sama lain melalui hubungan ikatan darah, perkawinan,  atau adopsi dan itnggal bersama, membentukunit ekonomi dan melahirkan serta membesarkan anak. Keluarga secara kontemporer difahami sebagai hubungan dimana orang tinggal bersama dengan komitmen, membentuk unit ekonomi dan mengasuh anak, memiliki identitas yang melekat pada kelompok. Hubungan utama keluarga adalah antara suami-istri dan orangtua-anak.
Mengkaji fenomena keluarga dan komunitas perlu menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat, menyangkut interaksi social, struktur social, proses social, mobilitas social, pranata social, dan perkembangan masyarakat serta aspek lainnya. Untuk memahami masyarakat perlu melihat konteks historis pekembangan masyarakat itu sendiri, begitu pula ketika  memahami keluarga.
Secara historis, masyarakat berkembang dari fase masyarakat berburu dan meramu, masyarakat agraris, kemudian menuju masyarakat industry.  Pada setiap fase perkembangan masyarakat tersebut terdapat pula bentuk dan struktur keluarga yang dibangun. Seiiring perubahan fase perkembangan, terjadi juga perubahan bentuk dan struktur keluarga.
Perkembangan tersebut utamanya karena factor ekonomi, yaitu bagaimana keluarga mampu melakukan strategi nafkah untuk menjaga kelangsungan hidupnya, memenuhi kebutuhan hidup dan beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Secara sederhana perbedaan bentuk dan struktur keluarga karena factor ekonomi dapat dilihat pada table berikut;


Table Hubungan antara Ekonomi dan Keluarga

Aspek yang dikaji
Ekonomi berburu dan meramu
Ekonomi pertanian
Ekonomi industry
Formasi keluarga
Komunitas homogeny
Anak dan remaja cenderung diberi kebebasan oleh orang tuanya
Orang tua mengetahui anak-anaknya akan tetap dibawah supervise teman-temannya, tidak ada yang lebih kuat dalam komunitas
Kebebasan seksual remaja
Bentuk keluarga  dapat dilihat relative acuh tak acuh dan dipercayakan pada anak muda sendiri
(formasi keluarga respective permisive)
Formasi keluarga dibawah control yang ketat dari orang yang lebih tua
Keluarga dg status social tinggi akan kehilangan prestis dan keamanan ekonomi jika anaknya menikah dengan kelas bawah (control menikah)
Seks bebas sebelumnikah dilarang
Melestarikan kesejahteraan keluarga paling sulit  pada keluarga yang memiliki tanah kecil
Anak sulung mempengaruhi bentuk k eluarga
Orangtua memberikan prasarat ekonomi sebelum anaknya menikah (mahar)
(formasi keluarga restrictive)
Anak muda tidak tergantung pada orangtuanya untuk kesempatan ekonomi
uang untuk membentuk keluarga diperoleh dari kerja sebagai pegawai/pekerja
kemampuan dan kebebasan menikah mengurangi kekuasaan ortu dalam keluarga
dalam hal stratifikasi social terdapat sedikit  keseragaman.
(formasi keluarga permissive)

Pertumbuhan keluarga
Melahirkan anak: jumlah anak cenderung berhubungan dengan kemampuan pkikologis
Krn cara mengontrol kelahiran belum tersedia
Kelahiran anaklaki-laki untuk mennyediakan tenaga potensial berburu
Kelahiran anak perempuan meningkatkan junlah non pemburu
Jika terjadi tekanan penduduk pembunuhaan bayi perempuan
Sex rasio berubah karena pekerjaan berbahaya, Laki-laki menjaga teritori menjaga dari serangan binatang buas berburu mencari makan
Ritual kelahiran;
Kerasnya kehidupan membawa ketidakpastian keselamatan kandungan, mengembangkan ritual agar selamat
Terdapat hal-hal tabu, praktik magis
Pemeliharaan anak;
Ketidakpastian keselamatan bayi menyebabkan perhatian luarbiasa untuk menjaga keamanan bayi setelah lahir, ibu tdk py pilihan selain merawat anak
Karena kelompok kecil dan homogeny jarang terjadi subkultur delinquentibu relative relax/santai dalam sosialisasi anak. Setiap keluarga bisa berbagi pengalamana dalam pembelajaran anak dalam komunitasnya
Masyarakat primitive buta huruf; tergantung pada orang yang lebih tua
Melahirkan anak: jumlah anak dapat mendukung pekerjaan pekerjaan pertanian
Anak anak memelihara binatang dan menyiangi, mengolah sawah.jumlah anak yang semakin banyak meningkatkan kesejahteraan keluarga
Fungsi anak selain untuk keperluan ekonomi juga menjamin masa tua
  Ritual kelahiran;
Kerasnya kehidupan membawa ketidakpastian keselamatan kandungan, mengembangkan ritual agar selamat
Terdapat hal-hal tabu, praktik magis
Pemeliharaan anak
Hampir sama dengan masyarakat primitive tetapi tidak terlalu sama persis. 
Menekankan pada dua nilai: latihan kepatuhan dan latihan tanggungjawab

Melahirkan anak:
Jumlah anak ideal hanya dua satu alki0laki dan satu perempuan.
Pada masyarakat modern terdapat pengetahuan tentang kehamilan/konsepsi dan upaya mencegahnya.
Ritual kelahiran
Obat modern mengurangi praktik magic, kemajuan ekonomimengurangi ketidakpastian. Latihan dan kelas prenatal, namun tidak seluruh ritual kelahiran dihilangkan
Pemeliharaan anak
Menekankan kemandirian perilaku
Belajar sesuatu kadangkala orang tuanya tidak mengetahuinya

Struktur keluarga
Peran jenis kelamin: laki-laki berburu, mencari ikan dan membuat senjata, perempuan memonopoli pekerjaan domestic
Factor biologis memainkan peran penting dalam menentukan pembagian kerja
Segregasi seksual tidak menadikan perempuan memiliki status lebih rendah
Perempuan memiliki kemandirian sebagaimana laki-laki
Peran jenis kelamin:
Peran perempuan cukup penting dalam mengolah sawah, padi dan mendampingi suami selama proses bertani.
Kemampuan reproduktif ini mendorong kesejahteraan keluarga
Laki-laki diperlukan untuk kerja yang keras dan perempuan kuat yang dapat bekerjasama dalam pengolahan tanah dan perawatan anak
Laki-laki lebih superior dari  perempuan

Peran jenis kelamin;
Perempuan lebih tdk tergantung kepada suami secara ekonomi
Posisi perempuan dan laki-laki sama dan saling mendampingi

Peran usia
Konservatif dan melawan perubahan: Laki-laki yang lebih tua dianggap repository kebijakan
Konservatif dan melawan perubahan
Posisi yang berusia lebih berkuasa dan aman.
Tingkatan usia tidak terlalu penting
Kewenangan orangtua dalam keluarga melemah
Kompleksitas rumah tangga
Keluarga inti sebagai cara untuk melakukan subsistensi
Keluarga luas :
melanggengkan kepemilikan tanah
Perubahan dari keluarga luas ke keluarga inti
Perekembangan differensiasi financial melemahkan solidaritas kelompok kekerabatan

Sumber: Robert O. Blood, 1972, chapter one, sistem ekonomi & keluarga
Dari table tersebut terlihat bahwa perbedaan sistem ekonomi pada masyarakat berburu dan meramu, agraris dan industry membawa perbedaan pada bentuk keluarga, perkembangan keluarga, struktur keluarga, peran usia serta pada kompleksitas rumah tangga.
 Interaksi social yang terjadi antara anggota individu dalam keluarga   menentukan  tipe/fase masyarakat. Perkembangan dan perubahan interaksi social  pada masing-masing masing-masing fase masyarakat,merupakan proses dinamis dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal keluarga. Factor internal keluarga lebih dilihat menggunakan pendekatan interaksi dan kearah psikologis. Sementara faktor eksternal   yang mempengaruhi keluarga antara lain; sistem ekonomi, sistem stratifikasi, sistem politik, sistem agama, sistem pendidikan, komunitas, dan sistem kekerabatan (Blood; 1972).
Studi keluarga menjadi menarik untuk dikaji karena secara sosiologis keluarga merupakan kelompok social yang khas dan unik. Berbeda dengan grup atau kelompok social lainnya keluarga merupakan organisasi yang didasarkan pada:
1.      hubungan darah,
2.      intergenerasi,
3.      anggotanya dihubungakan secara biologis/keturunan dan affinal (hokum perkawinan),
4.      aspek biologis dan affinal menghubungkan dengan keluarga yang lebih luas.
Secara umum yang membedakan dengan organisasi social dan kelompok social adalah derajat hubungannya. Keluarga memiliki keintiman hubungan yang tidak terdapat pada hubungan social lainnya. Berbicara keluarga juga mebicarakan kelembagaan (norma budaya).
Melihat fenomena keluarga bisa dikaji berdasarkan level analisisnya, yakni makroskopik maupun mikroskopik (White dan Klein; 1996). Secara makroskopik dilihat:
1.      hubungan keluarga dengan institusi yang lebih luas
2.      membandingkan keluarga dengan beragam budaya
3.      struktur keluarga dari masa ke masa (periode sejarah)
Secara  mikroskopik dillihat;
1.      individu anggota keluarga
2.      hubungan personal antar anggota keluarga
3.      keluarga dalam suatu budaya atau masyarakat
4.      keluarga dalam episode sejarah
5.      beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut
Dalam kajian keluarga fungsi teori sosiologi antara lain:
1.      teori untuk menggambarkan dan menjelaskan segala sesuatu dalam keluarga
2.      teori  intervensi dengan menerapkan teori keluarga untuk tujuan intervensi. Konsep teori untuk merubah sehingga terjadi perubahan yang diharapkan. Teori dianggap bagus  ketika hasilnnya sesuai harapan. Teori keluarga untuk tujuan intervensi bermanfaat untuk: terapi, edukasi, kebijakan social dan gerakan social
Selain itu secara filosofis teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena keluarga merupakan nilai atau cara berfikir dari pada suatu disiplin akademis yang membawa pengaruh pada studi keluarga.
            Secara historis perkembangan intelektual sosiologi keluarga di kaji oleh Adams dan Steinmetz (1993) (dalam White dan Klein 1996) dan memetakan bahwa:
1.      era tahun 1920an; pemikiran evolusioner mewarnai studi keluarga. Konsep adaptasi menjadi titik sentral dimana keluarga beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
2.      Era 1920-1940an; studi keluarga dipengaruhi oleh pemikiran interaksionis. Focus studi terutama pada interaksi antar anggota keluarga yang saling beradaptasi.  
3.      Era 1950an : pemikiran teori sistematis mendominasi studi keluarga. Bagaimana keluarga dilihat sebagai unit dalam suatu sistem yang lebih besar.
4.      Setelah 1950an : kerangka konseptual studi keluarga diarahkan pada usaha membangun keluarga.
5.      1960an : berkembang konstruksi  teori formal   
6.      Era tahun 1980an sampai sekarang: terjadi pluralism dalam hal teori keluarga.

Sementara itu, jika dilihat dari objek kajiannya (Ihromi;1999), maka perkembangan studi keluarga pada periode abad ke 19 lebih menekankan pada perkembangan pranata keluarga. Studi ini terutama diwarnai oleh pandangan Darwinism. Terdapat dua ciri pandangan ini yaitu pertama, unilinier. Sebuah faham yang mengatakan bahwa semua peradaban bertumbuh melalui fase perkembangan yang sama pada era yang sama. Dalam hal keluarga mereka mereka beranggapan bahwa sistem keluarga akan menuju pada bentuk yang sama yakni monogami.
Ciri kedua; pendekatan pada analisisnya yang selalu mempertentanngkan pada dua kutub. Misalnya perbedaan antara beradab dan primitive, antara modern dan tradisional, antara desa dan kota. Tokoh yang dianggap pelopor adalah Frederic Le Play dan frederich Engels. 
Pada abad 20 muncul tokoh pendukung Le Play seperti Zimmerman dengan teori siklus. Pandangan teori ini mengatakan bahwa perubahan keluarga secara siklus melalui tipe keluarga yang penting yaitu:
1.      Keluarga perwalian (trustee family)
2.      Keluarga rumah tangga (domestic family)
3.      Keluarga terpisah (atomistic family)
Pengaruh teori dari Chicago School dikemukakan oleh William F Ogburn, tentang perubahan social dan keluarga. Sumbangan penting bagi sosiologi adalah usahanya membedakan antara kebudayaan material dan kebudayaan adaptif. Kebudayaan adaptif mengikuti kebudayaan material. Yang menarik bagi studi keluarga adalah bahwa sistem keluarga berubah sebagai akibat perubahan teknologi. Keluarga dicontohkan sebagai kebudayaan adaptif.
Berkembangnya pengaruh Chicago School diiringi oleh pandangan baru yang menekankan pada hubungan internal keluarga. Terdapat dua kerangka acuan yaitu: fungsionalisme struktur dan interaksi simbolik. Interaksi symbol yang diterapkan dalam studi keluarga adalah perspektif social yang bersifat psikologis yang menekankan berbagai bentuk pola interaksi keluarga seperti perkenalan, pengasuhan dan lainya. Tokohnya adalah Charles Horton Cooley, G H Mead,WI Thomas, dan Ernest W. Burgess.
Perkembangan setelah perang dunia kedua, mulai diperkenalkan pendekatan modernisasi yang disebut sebagai koreksi  atas pendekatan structural fungsional yang dinilai terlalu mengabaikan aspek kesejarahan dalam analisisnya. Selain itu ditandai pula munculnya kembali analisis komparatif yang merevisi pendekatan yang dikembangkan oleh pengikut Darwinisme social.
Menjelang tahun 1960an hingga kini perkembangan studi keluarga ditandai dengan kajian-kajian yang semaki kritis untuk mempertanyakan gagasan ulang yang ada sebelumnya. Ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan modernisasi dan pendekatan tipologi.
Pendekatan modernisasi di pelopori oleh William J Goode yang mennggambarkan kekuatan yang terdapat pada masyarakat pertkotaan dan industry menggerogoti organisasi keluarga tradisional. Cirri khas pendekatan modernisasi adalah menggabungkan antara pendekatan darwinisme social dan fungsionalisme struktur.
Pendekatan tipologi dipelopori oleh Tonnies dan Durkheim yang memberi pengaruh dalam analisis dan pendekatan tipologi.  Konsep Tonnies tentang gemeinschaft dan gesselschaft adalah tipologi yang baik untuk menjelaskan hubungan social, kelompok social dasar maupun pranata kemasyarakatan. Sementara itu konsep Durkheim tentang solidaritas mekanik dan solidaritas organis digunakan beberapa ahli untuk menganalisis fenomena social termasuk keluarga.
Sosiologi menggunakan keluarga selain sebagai objek kajian juga menggunakannya sebagai unit analisis dalam metode penelitian. Unit analisis keluarga berarti seluruh anggota keluarga menjadi bagian dari sumber informasi yang hendak digali. Sosiologi melihat keluarga pada level makro dan level mikro. Di tingkat mikro melihat biografi berdasarkan pengalaman dalam keluarga. Di tingkat makro, keluarga melekat pada konteks social komunitas tertentu.
Kemudian bagaimana sosiologi memposisikan masyarakat dan keluarga? Keluarga memiliki peran sentral dalam kehidupan social. Menurut Durkheim dan Marx, perubahan struktur social masyarakat abad 19-20, dari masyarakat pertanian ke industry serta revolusi pengnetahuan yang merubah ekonomi politik di Eropa telah menyebabkan kekacauan social di Eropa.keluarga dalam hal ini merupakan lembaga yang merespon terjadinya perubahan.
 Secara lebih jelas bagaimana posisi masyarakat dan keluarga dapat diamati melalui pendekatan teoritis terhadap keluarga sebagai berikut:
n  Pendekatan Fungsionalis—Apakah Keluarga Baik bagi Masyarakat? : Keluarga dipandang sebagai elemen kunci dari sistem sosial yang memberikan hubungan krusial antara individu dengan sistem sosial yang lebih luas di masyarakat. Keluarga telah berevolusi menuju ke arah bentuk yang lebih superior.
n  Pendekatan Feminist—Apakah keluarga baik untuk wanita? : Kaum feminist menaruh perhatian besar terhadap aspek posisi wanita dalam masyarakat selama rentang kesejarahan tertentu. Alokasi peranan di dalam keluarga—sejarah menunjukkan peranan wanita di dalam dan di luar rumah senantiasa berubah.
n  Pendekatan Marxist—Apakah Keluarga Merupakan Alat Kapitalisme?
            Keluarga kelas pekerja mensosialisasikan ke dalam kesadaran yang salah. Keluarga kecil mendorong anggotanya untuk berupaya mendapatkan apa yang baik untuk keluarga. Keluarga menjadi tempat untuk bersantai dan melupakan masalah posisi pria di pekerjaan. Keluarga menjadi surga psikologis yang melemahkan determinasi kelas pekerja untuk melawan kapitalisme—maka keluarga menjadi penghambat munculnya revolusi.
n    Psikologi Radikal—Keluarga Buruk untuk Individu?
    pandangan mendalam atas signifikasi dan kerumitan hubungan psikologis di dalam keluarga.
            Tulisan ini mencoba melihat bagaimana perkembangan dan perubahan keluarga dan komunitas di daerah dataran tinggi dengan menggunkan pendekatan ekonomi dan kelembagaan. Diilhami oleh pemikiran bahwa dahulu keluarga merupakan pusat beragam aktivitas penting (sosialisasi, dukungan emosi, pengaturan reproduksi dan ekonomi). Ketika ekonomi berubah maka berubah pula peranan keluarga.
Asumsi ini mendasari tulisan ini di mana di aderah dataran tinggi, intervensi ekonomi membawa pula perubahan bentuk dan struktur kelembagaan keluarga. Daerah pedalaman di Indonesia telah mengalami perubahan ekonomi produktif dan social sedemikian luasnya (Li; 2002). Perubahan ini seiring dengan perubahan industrialisasi dan globalisasi yang memberi dampak pada perubahan ekonomi dan kelembagaan local. Maka pertanyaan yang coba dijawab dalam tulisan ini adalah:
Bagaimana bentuk dan struktur keluarga di daerah dataran tinggi sebelum dan setelah mengalami perubahan ekonomi dan kelembagaan?
Untuk keperluan atersebut maka buku yang dijadikan acuan utama adalah: proses transformasi daerah pedalaman di Indonesia, karya Tania Muray Li tahun 2002 penerbit yayasan Obor Indonesia. Tulisan Robert Hefner tentang masyarakat Tengger. Buku Robert O Blood the family 1972. Tulisan Klein dan White; families theories 1996. Sosiologi keluarga W J Goode dan Ihromi serta buku pendukung lainnya.
Judul tulisan ini adalah DINAMIKA TRANSFORMASI KELUARGA DAN KOMUNITAS PEDESAAN DI DAERAH DATARAN TINGGI (Dilihat dari  Pendekatan Ekonomi dan kelembagaan).
Sumber data yang dianalisis adalah tulisan Albert Schrauwers, tentang masyarakat To Pamona di dataran tinggi Sulawesi dan tulisan Robert Hefner tentang masyarakat Tengger di Jawa Timur.
Dalam tulisan ini dua kasus yang hendak dibahas unttuk menunjukkan dinamika keluarga dan komunitas daerah dataran tinggi dilihat dari pendekatan ekonomi dan kelembagaan adalah masyarakat dataran tinggi Tengger di Jawa Timur dan masyarakat To Pamona di dataran tinggi Sulawesi. Sebagaimana dijelaskan bahwa salah satu focus studi keluarga dengan pendekatan kelembagaan adalah studi komparatif deskriptif beragam sistem keluarga.
Oleh karenanya tulisan ini mencoba membandingkan antara To Pamona dan Tengger. Selain itu pendekatan ekonomi dalam tulisan ini difokuskan pada kesejahteraan keluarga dengan menganalisis pengaruh ekonomi terhadap keluarga.

PENDEKATAN TEORITIS
Pendekatan konseptual untuk studi keluarga meliputi; pendekatan antropologi, pendekatan structural fungsional, pendekatan institusional, pendekatan interaksionis, dan pendekatan ekonomi. Masing-masing pendekatan memiliki focus studi, konsep dasar, asumsi dasar, kerangka pemikiran, dan hasil studi yang berbeda-beda. Berikut penjelasan masing-masing pendekatan:
1.      Pendekatan antropologi
         Fokus studi:
            Pada masyarakat primitif/komunal; perilaku struktur sosial (keluarga) diatur oleh adat istiadat atau tradisi. Fokus pada aspek formal sistem perkawinan dan keluarga: komposisi, aturan tempat tinggal, kewajiban kerabat, pola wewenang orangtua; dan implikasi strukturalnya pada hubungan sosial komunitas
         Konsep dasar:
Keluarga (inti, luas), perkawinan, sistem kekerabatan, status sosial, proses sosial, struktur sosial
         Asumsi dasar:
a.       tindakan sosial adalah unit analisa terbaik untuk kontribusinya dalam   pemeliharaan sistem sosial atau cirinya dalam struktur sosial
            b. manusia sosial pada dasarnya adalah bagian reaksi dari sistem sosial
            c. unit otonomi mendasar adalah sistem sosial yang tersusun dari  
               subsistem yang saling tergantung
            d. adalah mungkin mempelajari setiap sub unit dari sistem dasar
            e. sistem sosial cenderung homeostatis
         Kerangka Pemikiran:
Masyarakat dipandang sebagai susunan beragam subsistem/institusi yang saling berhubungan dan berfungsi. Keluarga dianalisa dalam interaksinya dengan subsistem lain, dan tempatnya (fungsinya) dalam masyarakat.
         Hasil studi dan masalah “bebas nilai”:
Sumbangan penting bagi studi keluarga dalam masyarakat kompleks adalah: metode dan pendekatan yang dibangun dalam mempelajari perilaku keluarga pada masyarakat yang berbeda, yang beradaptasi dengan perubahan situasi, dan munculnya disorganisasi sosial.
Pengguna pendekatan ini selalu berupaya mengungkapkan pertimbangan nilai, implisit/eksplisit dalam kerangka pemikirannya
2.      Pendekatan structural fungsional
         Fokus studi:
            Pada tiga bidang utama fungsi keluarga:
a.       Fungsi keluarga bagi masyarakat, hubungan antara keluarga dengan satuan
sosial lebih luas
b.      fungsi dari subsistem dalam keluarga bagi keluarga itu sendiri, hubungan
antara keluarga dengan subsistemnya
c.       fungsi keluarga bagi individu anggota keluarga termasuk perkembangan
kepribadian, hubungan antara keluarga dan pribadi anggota keluarga
         Konsep dasar:
            masyarakat, sistem sosial, diferensiasi peranan, struktur, posisi, status,    
            peranan, fungsi dan disfungsi
         Asumsi dasar:
            a. Prasyarat fungsional tertentu harus dipenuhi jika suatu masyarakat
               berlangsung (berkembang) pada level tertentu
            b. terdapat sejumlah subsistem fungsional untuk memenuhi prasyarat tersebut
           c. di dalam setiap masyarakat, keluarga menampilkan minimum satu dari  
               fungsi dasar itu
            d. keluarga adalah sistem sosial dengan prasyarat fungsional yang komparabel
                pada prasyarat fungsional sistem sosial yang lebih luas
d.      keluarga adalah grup kecil (sosial) yang memiliki ciri generik tertentu yang
sama dengan semua grup kecil (sosial)
e.       keluarga sebagai sistem sosial menampilkan fungsi pelayanan individu dan
fungsi pelayanan masyarakat
         Kerangka Pemikiran:
(1)   Analisis Makro Fungsional: keluarga sebagai satu dari beberapa subsistem  
dalam masyarakat. Prasyarat fungsional:
a.       dengan melihat subsistem sebagai daftar kegiatan, supaya masyarakat
survive. Subsistem analitis mencakup: keluarga, ekonomi, politik, sosialisasi-edukasi, dan religi
b.      dengan melihat “fungsi” sebagai “konsekuensi” yang dihasilkan “aktivitas”
tertentu: adaptasi (subsistem fungsional ekonomi); pemenuhan tujuan (subsistem fungsional politik); integrasi (subsistem fungsional komunitas); pemeliharaan pola (subsistem fungsional sistem nilai)
         (2) Analisis Mikro fungsional:
            hubungan antara keluarga sebagai sistem sosial dengan subsistemnya.
            Prasyarat struktural:
            a. diferensiasi peranan
            b. alokasi solidaritas
            c. alokasi ekonomi
            d. alokasi politik
            e. alokasi integrasi ekspresi
         Hasil studi dan masalah “bebas nilai”:
            Sumabangan penting adalah menjadikan studi keluarga sebagai bagian integral
             dari studi masyarakat yang lebih luas.
Pengguna pendekatan ini dalam studi keluarga selalu berupaya “bebas nilai”. Istilah “ikatan pemeliharaan” dan “ekuilibrium” adalah istilah netral, tidak menunjuk pada upaya mempertahankan “status quo”

3.      Pendekatan institusional
         Fokus studi:
            a. studi komparatif deskriptif beragam sistem keluarga
            b. fungsi keluarga yang lama, sekarang, perubahannya dan yang baru
            c. penyebab perubahan dalam lembaga keluarga
            d. analisa hubungan internal yang berlangsung dalam keluarga dan  
                perubahannya
e.       prediksi keadaan lembaga keluarga di masa depan berdasar analisa   
   kecenderungan dan perubahan masyarakat saat ini
         Konsep dasar:
masyarakat, keluarga, pola kebudayaan, tahap perkembangan (evolusi  lembaga), kondisi lingkungan, sosial dan biologi
         Asumsi dasar:
a. lembaga keluarga berkembang sebagai respon kebutuhan masyarakat dan individu yang mendasar, dan mengubah bentuknya melalui perilaku group yang kontinue dan perubahan kebutuhan
b. lembaga keluarga berperan penting untuk kontrol sosial anggotanya
            c. lembaga keluarga bisa bersifat overlap dengan lembaga lain, saling terkait dan berubah sebagai hasil perubahan institusi lain
            d. bentuk lembaga keluarga beragam pada masyarakat yang berbeda, dan ditentukan oleh budaya, serta bersifat relatif terhadap kehidupan sosial
            e. untuk memahami perubahan dan keadaan saat ini, lembaga keluarga harus diuji berdasar kesejarahan
            f. keluarga adalah lembaga yang paling mendasar dalam masyarakat
            g. fungsi keluarga adalah terutama sebagai penerus keturunannya
                     Kerangka Pemikiran:
            Unit analisa adalah keluarga sebagai lembaga, yaitu satu sistem norma dan nilai yang terorganisasi, status dan peranan, hak dan kewajiban yang berpusat pada sekitar kegiatan penting dalam masyarakat.
            Lembaga keluarga berkembang sebagai respon kebutuhan manusia dan sosial yang mendasar, dan perubahan bentuk lembaga keluarga adalah sebagai hasil perubahan pengaruh kondisi sosial, dan lingkungan biologi (alam), dan pengaruh sejarah sebelumnya.
           Lembaga keluarga adalah yang paling mendasar dan beragam di masyarakat dan budaya
            Lembaga keluarga merupakan alat kontrol sosial dan fungsi utama adalah reproduksi dan sosialisasi keturunannya
                     Hasil studi dan masalah “bebas nilai”:
            Sumbangan penting adalah mempelajari perkembangan lembaga keluarga sebagai variabel dependent yang dipengaruhi lingkungan sosial dan biologi (alam).
            Nilai secara eksplisit dinyatakan (tidak bebas nilai), yaitu:
            a. Kehidupan keluarga adalah lebih baik daripada kehidupan individu/ single person
            b. anak sangat diinginkan dalam perkawinan
            c. stabilitas keluarga lebih penting daripada kebahagiaan individu
            d. masyarkat dan lembaga sosial keluarga lebih penting daripada individu
f.                   Pendekatan interaksionis
                     Fokus studi:
            a. Pada bekerjanya dinamika hubungan internal dalam keluarga: peraturan dan keserasian perkawinan, hubungan orangtua-anak, keserasian keluarga
            b. Hubungan interpersonal suami-istri dalam perkawinan: kasih sayang, seks, interaksi latar belakang budaya, harapan, pengambilan keputusan dan menyesuaikan diri
            c. Definisi dan konsep peranan dalam hubungan dalam keluarga yang dipengaruhi oleh ekspansi keluarga, perbedaan kelas sosial
            d. Fungsi hubungan keluarga pada waktu senggang, dan peraturan orangtua dalam keluarga
                     Konsep dasar:
            interaksi, tindakan sosial, definisi situasi, staus, peranan, integrasi keluarga, komunikasi. Adaptasi, kesadaran diri
                     Asumsi dasar:
            a. manusia hidup dalam lingkungan simbolik dan fisik yang distimuli dalam situasi sosial untuk bertindak, simbol tesebut dilihat sebagai makna dan nilai bersama
b. melalui simbol, manusia berkapasitas untuk menstimuli yang lain dengan cara yang sama
            c. manusia berkapasitas untuk mempelajari makna dan nilai melalui komunikasi simbolik
            d. simbol muncul dalam situasi stimulus sosial sebagai entitas terisolasi
            e. interaksi harus dipandang dalam konteks bagaimana partisipan mendefinisikan satu sama lain dalam situasi stimulus sosial
            f. unit pengamatan mendasar adalah interaksi. Tindakan secara individu adalah unit otonomi dasar dalam setting sosial
                     Kerangka pemikiran:
            Interaksi menunjuk pada hubungan yang khas yang terjadi antara anggota keluarga.
            Kekhasan pada fakta manusia menginterpretasi atau mendefinisikan tindakan satu sama lain.
            Anggota keluarga bertindak melalui penggunaan simbol, dengan konsep kunci adalah komunikasi.
            Kontrol sosial diperoleh dari kasih sayang dan keserasian antar anggota keluarga, berorientasi pada hubungan interpersonal antar anggota keluarga.
            Interaksi keluarga adalah tindakan kolektif dari anggotanya dalam menghadapi situasi yang ada.
            Perhatian studi ini pada perilaku tindakan anggota keluarga, untuk menangkap proses interpretasi anggota keluarga dalam mengartikan peranan anggota yang berperilaku tersebut.
            Keluarga merupakan kerangka dimana tindakan sosial berlangsung.
            Pengorganisasian dan perubahan dalam keluarga adalah hasil kegiatan unit-unit tindakan.
                     Hasil dan masalah “bebas nilai”:
            Sumbangan pendekatan ini adalah pada perubahan fokus studi keluarga dari pendekatan institusional yang luas kearah bekerjanya hubungan interanl antar anggota keluarga dalam keluarga.
            Nilai yang diidentifikasi: memandang kebahagiaan perkawinan adalah sesuatu yang harus dicapai dan juga stabilitas perkawinan
g.                  Pendekatan ekonomi
                     Fokus studi:
            Pada kesejahteraan keluarga dengan pendekatan kerangka ekonomi lengkap, yaitu menganalisa pengaruh variabel ekonomi terhadap keluarga:
            a. standard hidup, yang tergantung kepada adat, kebiasaan, selera, dan cara untuk membiayai konsumsi: pendapatan dan pekerjaan
            b. status sosial ekonomi, dengan indikator: pekerjaan, sumber pendapatan, pendidikan, perumahan, barang dan jasa
            c. perilaku konsumen dan motivasi: keinginan, kebutuhan, kegunaan dan nilai
            d. kondisi ekonomi masyarakat
                     Konsep dasar:
            kesejahteraan, dinamika, standar hidup, kemiskinan, deprivasi, pendapatan, konsumsi, kebutuhan, nilai, dan status
                     Asumsi dasar:
            a. keinginan manusia untuk memelihara dan memperbaiki kondisinya adalah merupakan hal pokok
b. keinginan beragam menurut waktu, tempat, kondisi ekonomi, kelas sosial, dan kepetingan yang tidak sama dan memunculkan persaingan
            c. manusia dapat mengontrol lingkungan hidupanya, manusia adalah mahluk ekonomi
            d. pengukuran status sosio ekonomi tergantung pada 3 asumsi:
                        - struktur status dalam masyarkat
                        - posisi dalam struktur ditentukan karakteristik simbolik. (Karakteristik simbolik bisa berupa skala atau kombinasi prosedur statistik)
            e. ada hubungan erat antara tingkat konsumsi dan perilaku orangnya
            f. ada hubungan erat antara skedul konsumsi barang ekonomi dan kegiatan manusia lainnya
            g. penerimaan dukungan ekonomi suatu keluarga mengurangi ambisi, dan memunculkan sikap hemat
            h. kesejahteraan keluarga berhubungan dengan kondisi ekonomi masyarakat
                     Kerangka Pemikiran:
            Keluarga dipandang sebagai unit ekonomi yang terdiri dari individu-individu dengan sekumpulan hak dan tanggungjawab ekonomi bersama.
            Kesejahteraan keluarga tergantung pada penggunaan sumberdaya yang menyediakan kebutuhan fisik, barang dan jasa yang diperlukan, yang ditentukan oleh kebutuhan, keinginan, sikap, adat dan kebiasaan, yang mengarahkan pada konsumsi barang dan jasa, yang ditentukan dan menentukan standar (nilai, pendapatan), status (pekerjaan, pendidikan, pendapatan) dan perilaku (kegunaan, nilai) yang menghasilkan standar hidup, status sosial ekonomi, tingkat   hidup dan perilaku konsumen, dan dengan memperhitungkan kondisi ekonomi masyarakatnya.
            Tingkat kesejahteraan keluarga secara kontinum: kemiskinan, deprivasi, orang biasa (kecukupan), kaya, mewah.
                     Hasil dan masalah “bebas nilai”:
            Sumbangan ada pada sejumlah hukum konsumsi yang membantu menjelaskan perilaku ekonomi keluarga dan standar hidupnya.
            Nilai yang ada berbeda antar peneliti: nilai individual atau atomistik sebagai lawan nilai kekeluargaan.
Dari kelima pendekatan yang telah diuraikan diatas maka tulisan ini sengaja menggunakan pendekatan ekonomi dan kelembagaan untuk menganalisis fenomena dinamika keluarga dan komunitas di daerah pedalaman.
PEMBAHASAN
Daerah dataran tinggi atau pedalaman didefinisikan sebagai daerah yang berbukit hingga bergunung dengan permukaan daratan yang cenderung terjal dan berada di tempat yang tinggi.  Penduduk dataran tinggi sering di pandang sebagaikelompokmasyarakat yang bodoh, yang mempertahankan cara hidup tradisional, serta hidup sebagai kaum tani.
Daerah dataran tinggi/pedalaman telah mengalami perubahan ekonomi, politik dan social sama halnya dengan daerah dataran rendah (sawah). Sebagain penduduk daerah dataran tinggi/pedalaman bermata pencaharian dalam berbagai kegiatan antara lain: lading sistem bergilir, perkebunan, mengambil hasil hutan, pertanian lahan kering atau tegal, dan pekarangan (lahan kering yang permanen) dan sebagai pekerja upahan.
Seperti halnya di dataran rendah, dewasa ini juga banyak terjadi pembangunan jalan raya, intensifikasi tanaman pangan, penanaman modal, penggundulan hutan dan perpindahan manusia serta perubahan ide secara besar-besaran. Seiring dengan perkembangan ini muncul pula perubahan mendasar  dalam peerekonomian, pemerintahan, dan moralitas yang berlangsung sejalan dengan tanggapan masyarakat pedesaan terhadap tekanan-tekanan baru dan sikap mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul (Li: 2002).
Dalam tulisan ini dua kasus yang hendak dibahas untuk menunjukkan dinamika keluarga dan komunitas daerah dataran tinggi dilihat dari pendekatan ekonomi dan kelembagaan adalah masyarakat dataran tinggi Tengger di Jawa Timur dan masyarakat To Pamona di dataran tinggi Sulawesi. Sebagaimana dijelaskan bahwa salah satu focus studi keluarga dengan pendekatan kelembagaan adalah studi komparatif deskriptif beragam sistem keluarga. Oleh karenanya tulisan ini mencoba membandingkan anntara To Pamona dan Tengger. Selain itu pendekatan ekonomi dalam tulisan ini difokuskan pada kesejahteraan keluarga dengan menganalisis pengaruh ekonomi terhadap keluarga.
Tulisan Albert Schrauwers, tentang masyarakat To Pamona di dataran tinggi Sulawesi menunjukkan bahwa masyarakat To pamona adalah peladang berpindah di dataran tinggi Sulawesi. Intervensi pemerintah Hindia- Belanda menyebabkan kaum tani dipaksa menetap dan diharuskan melakukan sistem pertanian sawah. Introduksi teknologi dan ekonomi rasional dijadikan alat untuk membuat masyarakat To Pamona berpandangan ekonomi yang rasional. Meskipun kebijakan resmi ini berjalan puluhan tahun tapi belum bisa mengubah orientasi ekonomi di kalangan rumah tangga dan keluarga inti masyakatat To Pamona.
Dalam usahanya mempercepat evolusi social masyarakat, pemerintah terus menerus mengurangi bentuk rumah panjang dan membantu membangun rumah tangga keluarga sederhana yang ideal, dimana usaha produksi dan konsumsi disatukan.   Meskipun ada upaya kebijakan pemerintah untuk membangun rumah inti tetapi tradisi rumah panjang (banua) dan sombori (suatu tungku) tetap bertahan. Batas antara rumah tangga sengaja dibuat kabur oleh masyarakat karena ada kewajiban untuk menjamin reproduksi social dari kelompok kekerabatan yang dinyatakan secara tegas. Batas rumah tangga yang kabur merupakan strategi untuk menjamin kehidupan, dengan demikian ‘tradisi yang bertahan’ dipakai sebagai bukti berlakunya ekonomi moral.
Sistem gotong royong yang disebut pesale diadaptasi dari cara bekerja pada ladang berpindah. Pola ini mempunyai ciri tukar menukar yang pasti yakni satu hari kerja diganti satu hari kerja. Pekerja membawa nasi sendiri sedangkan tuan rumah mennyediakan kopi dan ikan.
Ketika sistem sewa tenaga kerja upahan dipekerjakan oleh China tahun 1930an, memberi peluang pada petani To Pamoa yang tidak memiliki lahan untuk menjadi tenaga upahan. Apalagi ketika introduksi revolusi hijau dijalankan, peluang tenaga upahan semakin besar.
Revolusi hijau yang dicanangkan pada era orde baru mennyebabkan wujud yang dualistic pada ekonomi local. Di satu sisi memberi peluang keuntungan besar bagi pedagang etnis Cina seiring perkembangan pertanian masyarakat To Pamona. Di sisi lain masyarakat To Pamona dianggap tidak cocok untuk ikut serta dalam ekonomi pasar karena rasionalitas etnisnya bertumpu pada kekerabatan.
Lingkaran perkembangan keluarga pada masyarakat To Pamona tidak unilinier tetapi mengikuti dua jalur utama tergantung pada usaha pertanian mereka dapat tetap berlanngsung atau tidak.




Kasus diatas menunjukkan intervensi pemerintah dan intervensi ekonomi rasional direspon secara berbeda oleh etnis local dalam hal ini Cina dan To Pamona. Pada tataran ideologis; ekonomi pasar (didominasi Cina) dan ekonomi moral (To Pamona) terlihat bertentangan. Namun pada tataran praktis dualisme ini terkikis oleh perhitungan yang terus menerus mengenai biaya dan keuntungan ekonomi pasar atau strategi ekonomi moral untuk memproduksi dan memproduksi lagi oleh masyarakat To Pamona sendiri.
            Dilihat dari aspek studi keluarga; fungsi keluarga lama rumah panjang banua mulai berubah menuju keluarga inti seiring intervensi dan introduksi  pemerintah serta ekonomi rasional. Kelembagaan banua dan  pelase mulai terkikis oleh adanya intervensi tersebut. Dari pendekatan ekonomi, pergeseran ekonomi dari ekonomi berbasis etnis kekerabatan yang memberi jaminan kepada seluruh anggota masyarakat To Pamona menuju ekonomi rasional membuat kelompok miskin tetap  mempertahankan tradisi lama tinggal di keluarga besar. Pada gilirannya jika semakin kuat perkembangan keluarga menuju keluarga inti maka kelompok miskin ini akan kehilangan tempat dan jaminan kesejahteraannya.
Sementara itu, Robert W. Hefner membahas tentang masalah pilihan/preferensi masyarakat dataran tinggi di Jawa (Tengger) mengenai perubahan ekonomi dan ritual. Konsep Durkheim tentang moral kolektif sistem dan representasi kolektif akan dipakai untuk menganalisis perubahan tersebut. Di sisi lain konsep Weber tentang benturan rasionalitas dimainkan dalam  melihat pilihan masyarakat ketika dihadapkan pada intervensi luar (kolonialisme, ekspansi pasar, intervensi Negara).
Masyarakat Tengger memiliki aspek penting berkaitan dengan ritual yang dijalankannya. Ritual bukan semata-mata menggugurkan kewajiban terhadap tradisi tetapi ritual dalam masyarakat tengger syarat dengan makna dan nilai-nilai, norma yang memandu mereka untuk tetap menjaganya. Ia merupakan representasi kolektif warga masyarakatnya. Selain itu ritual yang dijalankan mengandung aspek pertukaran tidak hanya pertukaran social tetapi juga pertukaran ekonomi.
Untuk lebih ringkas dan jelas berikut table tentang representasi kolektif dan moral kolektif sistem:


Moral kolektif sistem yang terbentuk
Representasi kolektif
Symbol kohesivitas desa, solidaritas, kesetiakawanan sosial
Sumbangan, gentenan, slametan, bowo, betek sinoman
Kebersamaan mengerjakan sawah,
Bawon, yasan,
Menghormati leluhur yang sudah meninggal
sajenan, entas-entas
Performan ritual agama yang sederhana (tengger utara)
Reduction in ritual/festival expense


Masyarakat Tengger tidak sepenuhnya mengadopsi apa yang masuk ke daerah mereka tetapi terjadi pergeseran-pergeseran budaya, social dan ekonomi (ditunjukkan dengan membedakan/membandingkan masyarakat Tengger utara dan selatan). Pada saat terjadi persentuhan dengan dunia luar, terjadi pergulatan rasionalitas yakni antara rasionalitas berorientasi nilai (yang selama ini dilakukan masyarakat Tengger) dan rasionalitas berorientasi formal (ekspansi pasar, Negara, kolonialisme). Perbenturan rasionalitas ini sangat kentara pada masyarakat Tengger utara dimana pilihan rasional mereka berdampak pada pergeseran ritual yang selama ini dijalankan. Untuk lebih jelas perbenturan rasionalitas tersebut disajikan dalam table berikut:




Dimensi perubahan
Benturan rasionalitas
Pilihan rasional
Ekonomi moral dan rasionalisasi agama
Peningkatan ekonomi dan banyaknya ritual agama (Tengger Utara)
Mengurangi biaya pengeluaran ritual agama dan beragama menjadi lebih simpel
Ritual dan perubahan ekonomi
Peningkatan  ekonomi dan pergeseran makna ritual, sehingga muncul individualis, ritual sebatas keluarga dekat, jaringan dengan tengger selatan menjadi kurang
Memikirkan   anak investasi uang (menabung), partisipasi pertukaran sumbangan berkurang
Pertukaran ritual dan manfaat pesta
Menerima 12.000, mengembalikan 15.000
Pesta untuk menjaga persaudaraan dan investasi


Ritual masyarakat Tengger juga menyiratkan adanya nilai pertukaran seperti, sumbangan, gentenan, bawon, yasan. Menurut teori pertukaran social, interaksi terbentuk karena adanya sesuatu yang dipertukarkan. Ritual sumbangan/gentenan merupakan mekanisme pertukaran dimana individu yang datang menyumbangkan uang/makanan atau bowo, yang diberikan seminggu sebelum acara atau pada saat acara berlangsung. Sebagai gantinya  para tamu mendapat suguhan makanan, minuman, menari/menikmati tarian, teater (ludruk) yang disediakan sponsor. Kelak jika yang menyumbang mempunyai hajatan maka ia akan mendapat tukaran dari yang pernah ia sumbang. Karena setiap sumbangan/gentenan akan dicatat nama, alamat dan besarnya sumbangan yang diberikan. Ini dilakukan agar kelak jika si penyumbang punya hajat bias mengembalikan ekuivalen dengan yang diterima.  Bawon dan yasan merupakan mekanisme pertukaran kerja petani dimana dengan tenaga yang dikeluarkan untuk membantu pekerjaan memanen hasil pertanian akan mendapat pertukaran berupa imbalan hasil panen.
            Dilihat dari studi keluarga, perbandingan antara Tengger utara dan Tengger selatan ini menjadi gambaran deskriptif ragam respon keluarga dan komunitas terhadap perubahan ekonomi dan social yang terjadi. Secara perlahan namun pasti terjadi transformasi ekonomi pada keluarga dan komunitas dataran tinggi dari berorientasi komunal, kekerabatan menuju orientasi ekonomi rasional formal.
            Orientasi keluarga menciptakan pesta perkawinan maupun pesta ritual lainnnya yang memerlukan biaya besar cenderung dihindari dan ditinggalkan oleh keluarga-keluarga pada komunitas tersebut. Mereka kemudian mengenal istilah menabung untuk masa depan. Hal ini dilakukan bukan dengan cara memperbesar sumbangan pada saat hajatan tetapi menabung dengan cara yang lebih modern yakni dalam bentuk menyimpan uang.
            Intensitas hubungan keluarga antara keluarga di Tengger Selatan dan Tengger Utara juga mengalami kerenggangan. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya intentitas hajatan maupun pesta ritual yang selama ini telah melembaga. Semua ini terjadi karena diperkenalkannya sistem tanaman baru dari tanaman subsisten digantikan tanaman cashcrop.
Perubahan ini membawa konsekensi pada perubahan ekonomi yang relative mengenal uang daripada sistem tukar menukar. Selain itu kelembagaan local sebagai sarana mempererat solidaritas dan kohesivitas mulai digantikan oleh kelembagaann baru berupa ritual dengan cara mengurangi seremonial dan memilih ritual yang sederhana.

KESIMPULAN
Pemetaan proposisi-proposisi yang bisa dimunculkan dari perkembangan teoritis klasik dalam dinamika keluarga dan komunitas pedesaan:
1.      Pedesaan di daerah dataran tinggi mengalami transformasi ekonomi dan social karena adanya intervensi Negara dan ekonomi kapitalis
2.      Intervensi Negara dan ekonomi kapitalis di daerah dataran tinggi menyebabkan perubahan kondisi ekonomi dan kelembagaan local di pedesaan daerah dataran tinggi.
3.      Perubahan ekonomi dan kelembagaan di daerah dataran tinggi mengakibatkan perubahan bentuk keluarga dari berbasis komunal dan kekerabatan menjadi keluarga inti.




DAFTAR PUSTAKA

Blood, O. J, 1972. The Family. New York; The FreePress

 Goode, W. J,  2007. Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara

Hefner. R. . .Geger Tengger

Li, Tania.Murray. 2002. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia,
Jakarta Yayasan Obor.

,J.M Dan Klein, D.M. 1996. Family Theories. UnitedStated: Sage
Publications



No comments:

Post a Comment