Wednesday, February 1, 2012

sosiologi sejarah masyarakat

Melacak Perjalanan Kehidupan Masyarakat Desa Cihideung Ilir dalam Kontinum Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Yang Akan Datang
(Dilihat dari Aspek Sosiologi Kesehatan Khususnya Peran Perempuan dalam Perilaku Kesehatan Keluarga)*

Yunindyawati/I363100011**

A.    Pendahuluan
Tulisan ini ingin melihat perkembangan sebuah desa yang relative terbuka terhadap inovasi dan interaksi dengan dunia luar desa dilihat dari perspektif sosiologi. Indikator desa relative terbuka dapat dilihat dari perbauran penduduk antara penduduk asli yang sudah turun temurun dengan penduduk pendatang. Selain itu bisa diamati dengan melihat masuknya sarana dan prasarana fisik maupun non fisik. Aspek fisik berupa jalan aspal, jembatan, pemukiman /perumahan, sarana kesehatan, pendidikan  serta prasarana pendukung lainnya.  Aspek non fisik berupa terjadinya berbagai perubahan menyangkut pengetahuan, pemahaman akan pendidikan, kesehatan dan ilmu pengetahuan lainnya baik melalui bangku formal maupun non formal.
Berbicara tentang sejarah perkembangan desa tidak akan terlepas dari dimensi waktu. Dimensi waktu menjadi bagian sentral dalam melihat keberadaan suatu masyarakat. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya, sesungguhnya hidup dalam tiga kehidupan yaitu; berada dalam dunia kehidupan yang sedang dikerjakan, kehidupan yang telah dikerjakan dan kehidupan yang akan dikerjakan (Suryo: 2009).  Begitu juga dalam melihat perkembangan  sebuah masyarakat.
Memahami perkembangan sebuah masyarakat bisa dilihat dari tiga segi yang berkaitan dengan: struktur dan proses kehidupan social, aktivitas dan interaksi sosialnya dan konteks sosiokultural. Dalam tulisan ini tiga segi tersebut akan dikaitkan dengan aspek sosiologi kesehatan masyarakat Cihideung Ilir sebagai focus kajian. Memahami perekembangan desa Cihideung Ilir  dalam tulisan ini akan dilihat perbandingan (komparasi) antara masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Stand pointnya adalah dengan dikeluarkannya UU no 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Jadi masa lampau dilihat sebagai masa sebelum dikeluarkan UU no 5 tahun 1979, masa sekarang adalah setelah penerbitan UU no 5 tahun 1979 sampai sekarang dan masa yang akan datang adalah masa depan dimana terdapat rencana pemekaran wilayah dari kecamatan Ciampea menjadi kabupaten Ciampea. Pemekaran ini tentnya membawa konsekuensi pada perkembangan desa Cihideung Ilir secara umum termasuk kondisi kesehatan masyarakatnya lebih khusus lagi pada peran perempuan dalam perilaku kesehatan keluarga.   
Desa Cihideung Ilir terletak di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor  propinsi Jawa Barat. Secara geografis desa ini berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Jl Propinsi/desa Cibanteng
Sebelah Selatan : Desa Cihideung Udik
Sebelah Timur : Sungai Cihideung/Desa Babakan
Sebelah Barat : Desa Cibanteng.
Secara umum kondisi desa Cihideung Ilir merupakan desa dengan kondisi tanah berupa persawahan. Angka kepadatan penduduknya sebesar 527 jiwa. Penduduk laki-laki sebanyak 4858 jiwa dan perempuan sebanyak 4510 jiwa. Jumlah KK di desa ini mencapai 2503 KK yang masuk ke dalam 2 dusun dengan jumlah RT sebanyak 25 RT dan RW sebanyak 5 RW (data Profil Desa).
Sarana pendidikan relative memadai jika dilihat dari ukuran  sebagai sebuah desa karena sudah terdapat 2 TK, SD sebanyak 4 buah, SMP/Tsanawiyah sebanyak 2 buah dan SMA/SLTA sebanyak 1 buah. Kondisi ini memungkinkan penduduknya mendapatkan akses pendidikan secara lebih mudah. Sarana pendidikan yang menunjang ini dimanfaatkan penduduk desa untuk menyekolahkan ank-anak mereka meskipun banyak juga anak-anak yang sekolah di luar desa mencari sekolah yang lebih favorit dan lebih bermutu.
Berdasarkan data perkembangan desa Cihideung Ilir  kondisi kesejahteraan keluarga adalah keluarga prasejahtera sebanyak 271 Keluarga, keluarga sejahtera 1 sebanyak 152 keluarga, keluarga sejahtera 2 sebannyak 1216 keluarga, keluarga sejahtera 3 sebanyak 388 keluarga, dan keluarga sejatera plus 463 plus. Pendapatan riil keluarga yang berasal dari pendapatan kepala keluarga Rp. 30.000,- dan pendapatan dari anggota keluarga Rp. 40.000 sehingga total pendapatan keluarga sebesar Rp. 70.000,-.
Dilihat dari apek kesehatan masyarakat data perkembangan desa menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 148 orang. Dari jumlah tersebut yang berupaya menjaga kualitas kehamilannya melalui pemeriksaan adalah sebagai berikut:


Tempat pemeriksaan kehamilan
Jumlah
Persentase
Puskesmas
20 orang
13,5 %
Rumah sakit
40 orang
27%
Dokter praktek
35 orang
23,6%
Bidan praktek
53 orang
35,8%
Total
148 orang
100%

Sumber : Data Perkembangan Desa 2010
Dari data tersebut maka tempat periksa kehamilan yang paling bannyak dikunjungi adalah bidan praktek. Hal ini paling memungkinkan dan relative memudahkan (dari segi jarak dan biaya) karena di desa Cihideung Ilir terdapat 2 orang bidan praktek yang ditugaskan oleh Dinas kesehatan. Pertolongan persalinan paling banyak dilakukan oleh bidan (60 tindakan) dan ditolong dokter sebanyak 12 tindakan. Umumnya yang mendapatkan pertolongan dokter ketika terjadi kesulitan persalinan dimana bidan desa tidak sanggup menangani sehingga dirujuk ke dokter.
Wabah penyakit yang masih melanda desa Cihideung Ilir dalam satu tahun terakhir antara lain: muntaber sebanyak 4 kejadian, demam berdarah sebanyak 6 kejadian, dan chikungunya seanyak 2 kejadian. Jenis penyakit ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan terutama pada daerah yang relative menjadi pandemic penyakit menular tersebut.
Jenis penyakit tersebut berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat; yang antara lain bisa dilihat dari indicator kebiasaan buang air besar, pola makan, dan kebiasaan berobat bila sakit. Berdasarkan data dari desa maka jumlah keluarga yang memiliki WC yang sehat sebanyak 2290 keluarga, 250 keluarga memiliki WC yang kurang memenuhi standar kesehatan, 50 keluarga yang membuang air besar ke parit/sungai/kebun, dan 100 keluarga memanfaatkan fasilitas MCK umum. Masih banyaknya keluarga yang menggunakan parit sebagai MCK ini mengindikasikan perilaku hidup sehat belum sepenuhnya difahami dan diamalkan oleh penduduk desa Cihideung Ilir.
Cakupan pemenuhan kebutuhan air bersih dipenuhi dari sumur gali, sumur pompa dan menggunkan mata air. Belum ada pelanggan air PAM karena memang akses terhadap PAM belum sampai ke desa ini. Mayoritas keluarga menggunakan sumur gali (2615 keluarga), menggunakan sumur pompa (55 keluarga), keluarga yang menggunakan mata air (25 keluarga).
Sementara itu, kebiasaan berobat bila sakit yang dilakukan oleh sebagian kecil penduduk desa antara lain berobat ke   dukun terlatih dan obat tradisional dari dukun pengobatan alternative. Sebagian besar penduduk berobat ke dokter/puskesmas, posyandu/bidan mantra kesehatan dan perawat. Hal ini menunjukkan telah terjadi pergeseran pola perilaku berobat dari berobat ke dukun ke berobat ke tenaga medis.
Pada masa lampau teruutama ketika belum ada UU no tahun 1975 tentang pemerintahan desa, dimana desa Cihideung Ilir masih menyatu dengan desa Cibanteng perilaku berobat masyarakat masih mengandalkan kemampuan orang pinta (dukun). Mereka membawa anggota keluarga yang sakit untuk diobati oleh orang pintar kepercayaan ini telah turun temurun dipercaya sebagai sarana memperoleh kesembuhan. Dengan penerapan UU no 9 tahun 1979 tentang pemerintahan desa maka banyak intervensi pemerintah termasuk di bidang kesehatan masuk ke desa Cihideung Ilir. Program pemerintah yang dirasakan masyarakat desa antara lain: adanya posyandu, puskesmas pembantu, bidan desa dan program lain seperti PKK. Program tersebut memberi pengaruh pada pengetahuan dan perilaku kesehatan keluarga sehingga mengalami pergeseran dari pengobatan lama yang lebih bersifat tradisional menuju pada pengobatan modern yang mengandalkan kemampuan medis.
Peregeseran ini terjadi dipicu pula adanya kampus IPB yang menjadikan desa Cihideung Ilir sebagai salah satu desa yang termasuk 7 ring kampus. Dengan adijadikannya sebagai desa ring kampus maka banyak program kampus diarahkan pada desa ini. Program tersebut antara lain untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang pertanian, industry kecil dan juga pengtahuan kesehatan lingkungan dan keluarga. Oleh karenanya desa ini menjadi desa yang relative teerbuka untuk berkembang menjadi sebuah desa urban yang kelak akan menjadi kota.
Selain itu pergeseran perilaku kesehatan masyarakat terjadi juga karena perkembangan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat yang diintervensikan dari pemerintah pusat melalui dinas kesehatan setempat. Program kesehatan yang sampai kepeda masyarakat ditunjang oleh sarana dan prasara yang diciptakan untuk memudahkan berbagai program mencapai tujuannya. Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di desa Cihideung Ilir  antara lain:
                        Sarana dan prasarana kesehatan masyarakat

Sarana dan prasarana kesehatan
Jumlah
MCK umum
4 unit
Posyandu
11 unit
Kader posyandu aktif
54 orang
Pembina posyandu
5 orang
Dasawisma
20 dasawisma
Pengurus dasawisma
5 orang
Kader bina kluarga balita aktif
5 orang
Petugas lapangan KB aktif
-
Jumlah kegiatan posyandu
4 jenis
Kegiatan pengobatan gratis
2 jenis
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk/PSN
2 jenis
Kegiatan pembersihan lingkungan
2 jenis

                        Sumber : data monografi desa tahun 2010
Kondisi yang terjadi sekarang ini merupakan proses perjalanan yang bermula dari masa sebelumnya dan bahkan menjadi proses akumulasi, proses evaluasi, bahkan proses reduksi atas peristiwa dan kejadian masa lampau. Menjadi proses akumulasi ketika kejadian masa lampau sampai sekarang merupakan peningkatan dari segi kuantitas  tanpa menghilangkan kejadian sebelumnya (proses evolusi). Proses evaluasi ketika kejadian masa sekarang menggantikan kejadian masa lampau karena pertimbangan ketidaksesuaian dan ketidak efektifan sebuah tindakan dan menjadi titik tolak  tindakan yang dilakukan sekarang (aspek kritis). Menjadi proses reduksi ketika kejadian sekarang merupakan pengurangan atas kejadian masa lampau dengan tidak menghilangkan keseluruhan proses/kejadian masa lampau (kombinasi evolusi dan kritis).
Secara teoritis perkembangan masyarakat bisa dilihat dari berbagai pespektif. Jika perkembangan masyarakat dilihat sebagai hasil dari sebuah proses maka teori evolusi dan teori neo evolusi bisa menjelaskannya. Teori ini berasumsi bahwa masyarakat bergerak dari kondisi tradisional menuju masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern melalui proses yang linier.dari perspektif ini maka hal-hal positif yang lebih ditonjolkan dari proses perkembangan masyarakatnya.  Sementara itu jika melihat perkembangan masyarakat dilihat sebagai hasil interaksi maka teori kritis neo marxis bisa digunakan untuk menjelaskannya. Paham teori ini lebih digunakan untuk menjelaskan bagaimana hasil interaksi membawa konsekuensi negative pula bagi  masyarakat desa.
Memahami perkembangan masyarakat Cihideung Ilir tidak bisa semata-mata melihatnya dari data desa (kuantitatif berupa angka-angka) tetapi perlu mendapatkan data lebih mendalam bersifat kualitaif dan bisa menjelaskan secara historis perkembangan desa.    Melalui cara ini diharapkan bisa dilihat perkembangan desa secara komprehensif tanpa melupakan dan menghilangkan aspek kesejarahan desa atau aspek historisnya.

B. Rumusan masalah
Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat Cihideung Ilir dari waktu ke waktu dari masa ke masa berkaitan dengan aspek fisik dan non fisik (masa lampau, sekarang dan yang akan datang)? Bagaimana pula peran perempuan dalam menjaga kesehatan keluarga serta memperoleh kesembuhan ketika ada anggota keluarga terkena penyakit?

C.Tujuan dan manfaat Penulisan
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk melihat aspek kesejarahan desa (aspek historis desa) berkaitan dengan tonggak-tonggak sejarah yang mempengaruhi kesehatan masyarakat desa Cihideung Ilir terutama menyangkut peran perempuan dalam perilaku keesehatan keluarga. Sementara tujuan khususnya adalah:
1.      Untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat cihideung Ilir dari waktu ke waktu dari masa ke masa berkaitan dengan aspek fisik dan non fisik (masa lampau, sekarang dan yang akan datang).
2.      Untuk mengetahui peran perempuan dalam menjaga kesehatan keluarga serta memperoleh kesembuhan ketika ada anggota keluarga terkena penyakit.

D. Kerangka konseptual dan kerangka pemikiran
Pada dasarnya memahami  perkembangan dan transformasi social pedesaan bisa dilihat dari perkembangan sebagai sebuah hasil proses dan perkembangan sebagai sebuah hasil interaksi desa dengan kekuatan di luar desa.  Melihat perkembangan desa sebagai sebuah hasil proses maka perspektif teori evolusi dan neo evolusi bisa dijadikan dasar anaisisnya. Namun jika melihat perkembangan desa sebagai sebuah hasil interaksi maka pendekatan Marxist dan neomarxis yang leih relevan untuk menjelaskannya.
David Harrison dalam bukunya The Sociology of Modernization and development menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai proses ke arah modernisasi. Secara teoritis, modernisasi dilihat sebagai sebagai sebuah proses transformasi social. Menurutnya modernisasi dan tradisional dilihat sebagai sebuah anti tesa. Dia juga mengkontestasikan modernisasi dengan pembangunan.  Di awal tulisanya menjelaskan panjang lebar tentang teori evolusionisme, devolusionisme, structural fungsional dan teori interaksionisme dikombinasikan untuk menjadi teori modernisasi.
Teori modernisasi awal menekankan pada factor internal dari suatu masyarakat tertentu. Umumnya dilihat dari analisis structural fungsional yang menekankan peran nilai, budaya, agama yang menjadi perhatian modernisasi.  Teori awal modernisasi dilihat dari pemikiran Durkheim tentang tahapan  masyarakat rendah dan tahap tinggi, bergerak dari masyarakat sederhana tidak terdeferensiasi menuju masyarakat lebih komplek (mekanik ke organic) masyarakat mekanik merupakan gambaran masyarakat tradisional sementara masyarakat organic sebagai gambaran masyarakat modern. Kemudian teori Talcott Parson; structural fungsional tradisional ditandai oleh peran yang banyak bisa dilaksanakan oleh individu sementara pada masyarakat modern pelaksanaan peran lebih terspesialisasi berdasar peran dan statusnyadalam masyarakat.  variable berpola menjadi dasr dikotomi dalam orientasi peran yaitu: affect VS Neutral, self orientation VS collective orientation, universalisme VS particularism, ascription VS achievement, functional specifity VS functional diffusesness.
F Tonnies melihat masyarakat tradisional dimana pola hubungannya didasarkan pada komunitas (Gemeinschaft), sementara modern lebih didasarkan pada asosiasi (Gesellschaft).  Sementara itu Levy dan Hoselitz, melihat modernitas dari kacamata  struktur ekonomi dab social masyarakatnya. FW Rigss mengemukakan masyarakat tradisional, transisi merupakan masyarakat homogeny (fused society), sementara masyarakat modern terdifferensiasi            (Diffracted).  Sementara itu Daniel Lerner melihat bahwa modernisasi adalah proses global, terjadi kesamaan di berbagai bagian dunia. Smelser dan Rostow menempatkan perspektif yang lebih umum dalam menganalisis pembangunan. Smelser melihat efek pertumbuhan ekonomi terhadap struktur social masyarakat dengan indicator antara lain; pergerakan dari teknologi yang simple ke kompleks, perubahan dari pertanian subsisten ke tanaman cashcrops, pergerakan dari penggunaan kekuatan binatang dan manusia menuju industrialisasi, pertumbuhan penduduk urban.   Pada masyarakat local/kondisi local,  terjadi diferensiasi structural dan untuk mengatur kohesivitas social muncul mekanisme integrative baru.
Rostow  melihat modernisasi melalui pentahapan masyarakat dalam lima kategori: masyarakat tradisional, masyarakat pra kondisi untuk take off, maasyarakat tinggal landas, masyarakat maturity dan masyarakat high consumption.
Modernisasi memerlukan “agen perubah”  seperti  innovator untuk merembeskan ide baru ke semua tempat: innovator, diffuser, agen pemerintah,  menjadi mekanisme bagi masyarakat manusia untuksampai pada modernitas.
Semua teori modernisasi di atas merupakan teori yang beraliran evolusionisme yang memandang transformasi masyarakat sebagai sebuah garis linier. Dalam bukunya Harison juga menggambarkan adanya variasi teori modernisasi bahwa tidak ada teori modernisasi yang tunggal yang dikemukakan oleh Barrington Moore dan Bendix. Menurutnya terdapat tiga rute mayarakat pra industry menuju modernisasi. Untuk bisa sampai pada modernisasi maka perlu pentingnya inovasi politik sebagai kunci modern adalah status kepemimpinan, bahwa moderni sasi tidak unilinier karena ternyata ada tiga rute menuju modernisasi, dan pentingnya ruang politik.   
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa teori evolusionisme klasik yang dikemukakan oleh, Tylor, Morgan, Durkheim, Spencer dan lainya pada dasarnya bertumpu pada tiga hal: pertama: teori modernisai memfokuskan pada unit Negara, menggunakan metode analisis structural fungsional. Kedua, teori modernisasi secara implicit maupun ekslisit adaalah evolusioner sebagaimana dikemukakan oleh para ahli teori evolusi. Ketiga, teori modernisasi cenderung pad aide postulat bahwa masyarakata dualistic.
Teori modernisasi awal mendapat kritikan dari pandangan teori underdevelopment yang di motori A G Frank, Wallerstein dan Amin. Pemikiran mereka terangkum sebagai berikut:
1.      Kemajuan dan keterbelakangan adalah aspek esensial dari proses ekonomi yang sama sehingga yang lebih dullu akan lebih maju
2.      Kemajuan diistilahkan dengan otonomi, keberlanjutan pertumbuhan industrial
3.      Sistem kapitalis dunia menyatakan ketika Negara barat mengembangkan perdaganagan berhubungan dengan Negara non eropa secara gradual terjadi incorporasi kepentingan dunia sehingga terjadi pertukaran sistem internasional
4.      Mekanisme yang di buat oleh sistem kapitalisme dunia mengatur pertukaran yang tidak seimbang sehingga hubungan menjadi tidak simetris yang terrefleksi dari disparitas militer dan ekonomi.
5.      Dunia dipisahkan dalam dua atau tiga kelompok utama yakni Negara Negara maju dengan kekuatan ekonomi besar sebagai centrum, core metropolis sementara Negara kurang berpengaruh sebagai Negara terbelakang, phery-phery atau satelit.
6.      Dunia adalah sebuah sistem ekonomi, secara esensial terjadi surplus nilai dari ekstraksi kaum buruh di Negara phery-phery.
7.      Perusahaan trnsnasional, secara khusus menjadi agen utama neo kolonialisme dan menjadi mekanisme vital dalam transfer surplus dari peri-peri ke semi peri-peri  ke center.
8.      Ruang maneuver Negara terbelakang dibatasi. Mereka akan maju jika mereka membuat jaringan antar mereka dan memutus hubungan dengan kapitalis center.
Berbicara mengenai sosiologi kesehatan menyangkut aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik menyangkut sarana prasarana kesehatan dan non fisik menyangkut pengetahuan dan perilaku kesehatan masyarakatnya. Perilaku kesehatan meliputi dua hal yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan unntuk mencegah datangnya penyakit. Sementara perilaku sakit adalah tindakan yang dilakukan untuk memperoleh kesembuhan.
Persoalan kesehatan keluarga secara social budaya dikonstruksikan sebagai tanggung jawab perempuan. Peran merawat, memelihara disandangkan pada perempuan. Konsekuensi pandangan ini perempuan harus bisa menjadi seorang yang mampu memainkan peran nya sehingga kondisi kesehatan keluarga menjadi sehat dan sejahtera.
Kerangka pemikiran tulisan ini adalah menyangkut bagaimana kondisi kesehatan masyarakat desa dari waktu ke waktu dari masa ke masa berkaitan dengan aspek fisik dan non fisik, terlebih lagi bagaimana peran perempuan bisa memainkan statusnya sebagai pemelihara dan perawat kesehatan keluarga. aan metode ini didasarkan pada argument bahwa melalui metode kualitatif akan diperoleh data yang komprehensif dan holistic mengenai rangkaian peristiwa dari masa lampau sebelum UU no 5 tahun 1979 samapai pada masa sekarang dan untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang. Strategi penelitian yang digunakan adalah ethnometodologi. Pendekatan ini mengkaji bagaimana manusia membangun dan memberi makna atas tiap-tiap tindakan mereka dalam situasi social kongret. Tradisi ini menggunakan observasi partisipan dan wawancara mendalam sebagai metode kajian terhadap praktik interpretif yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:
1. wawancara mendalam dengan menggunakan metode life history: dengan pelaku sejarah yaitu bapak kamaryadi  pensiunan guru dan sekarang menjadi kaur pemerintah meranngkap pjs sekretaris desa. Dengan bidan desa yang mulai tahun 1992 ditugaskan sebagai bidan desa sampai sekarang yaitu bidan Dewi Intan. Seorang perempuan ibu rumahtangga ibu AAm sebagai pelaku sejarah menjadi warga desa dan telah memiliki anak sebanyak 12 orang.
2. pengumpulan data sekunder berupa monografi desa, profil desa, data perkembangan desa dari tahun ke tahun dan lainnya.
3. observasi kegiatan di bidang kesehatan di desa: melakukan pengamatan kondisi sekitar dan lingkungan desa berupa bagaimana drainase, kebiasaan MCK, kebiasaan hidup masyarakat berkaitan dengan perilaku kesehatannnya.
4. metode komparasi yakni melakukan perbandingan antar masa. Masa lampau dilihat sebagai masa sebelum pelaksanaan UU no 5 tahun 1979, masa sekarang yakni masa orde baru setelah UU no 5 1979 sampai sekarang dan masa yang akan datang adalah setelah tahun 2011 dikaitkan dengan rencana pemekaran wilayah Ciampea sebagai sebuah kabupaten baru. Melalui metode komparasi ini ditemukan tonggak-tonggak sejarah desa sebagai factor utama yang memicu perubahan social kemasyarakat di desa Cihideung Ilir kecamatan Ciampea kabupaten Bogor propinsi Jawa Barat.


F. Pembahasan
Memahami sejarah perkembangan desa Cihideung Ilir dari waktu ke waktu dari masa ke masa akan menemukan beberapa tonggak-tonggak sejarah sebagai penanda perubahan terjadi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seorang pelaku sejarah desa yaitu bapak Kamaryadi diketahui bahwa desa ini telah mengalami transformasi social yang cukup signifikan. Sejarah kehidupan yang dilaluinya sebagai seorang guru SD tahun 1960 di desa Cihideung Udik. Dia menggambarkan bagaimana kondisi fisik desa pada masa itu dimana jalan desa masih berlumpur dan belum diaspal. Untuk bekerja sebagai pengajar harus berjalan menyusuri pematang sawah sejauh empat kilometer tanpa alas kaki. Kondisi pendidikan masyarakat waktu itu juga sangat rendah dimana anak-anak usia sekolah dasar banyak yang bersekolah namun putus di tengah jalan. Setelah tamat sekolah pun sangat jarang yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Dari 27 anak didik yang lulus sekolah dasar hanya 2 orang yangmau dan mampu melanjutkan ke  SMP.
Desa dipimpin oleh seorang lurah yang dipilih langsung penduduk desa. Pemimpin pada masa lalu dipilih bukan berrdasarkan pendidikan formal yang dimilikinya tetapi lebih pada pengaruh “jagoan” yang mampu meyakinkan penduduk bahwa ia mampu menjadi pemimpin. Indicator jagoan ini antara lain kemampuan untuk memobilisasi masa dengan kekuatan supranatural yang dimilikinya, dengan kewibawaannya, cenderung lebih pada kemampuan mengelola diri agar disegani masyarakat. seringkali pemimpin desa juga dijadikan tokoh untuk dimintai pandangan dalam urusan warganya.
Selama Indonesia merdeka,  desa ini mengalami  3 kali pergantian kepala desa.
Tahun 1978 dipimpin oleh lurah Sugandi yang memimpin selama 3 periode berturut-turut. Tahun 2002 dipimpin oleh lurah Oking dan mulai tahun 2007 dipimpin oleh kepala desa Atang Suryadi. Sebelum orde baru desa ini dipimpin lurah Taufik dan lurah Saiman. Kedua lurah ini dianggap sebagai “jawara” karena mempunyai ilmu lebih, meskipun mereka hanya tamatan sekolah rakyat.
Sejarah desa berkaitan dengan perkembangan masyarakat desa cihideung ilir di bidang kesehatan: ditandai oleh tonggak sejarah perkemahan wirakarta tahun 1968 yang dibuka oleh HB ke 9.  Salah satu kegiatan perkemahan pramuka ini adalah membuat bendungan proyek. Dengan dibuatnya bendungan ini para petani merasa diuntungkan. Jika selama ini para petani sering berebut air untuk mengairi sawahnya dan harus begadang semalaman menunggu air mengairi sawah maka dengan dibangunnya bendungan proyek ini kebutuhan air untuk irigasi relative terpenuhi.
Tonggak sejarah berikutnya yang membawa perubahan social signifikan pemekaran kampus IPB pada tahun 1977 dari Branangsiang ke Darmaga dan menjadikan desa Cihideung Ilir sebagai salah satu dari tujuh desa lingkar kampus.dijadikannya desa lingkar kampus membawa keuntungan tersendiri diantaranya desa ini menjadi relative terbukan terhadap inovasi ilmu pengetahuan dan berinteraksi dengan orang luar. Dari interaksi ini terjadi akselerasi peubahan social melalui berbagai kegiatan dari kampus antara lain praktek kegiatan mahasiswa yang menularkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu kegiatan pengabdian masyarakat dari para dosen juga pernah diterima dan sampai sekarang yang rutin adalah kegiatan jumat keliling yang dilakukan bagian humas IPB dengan memberikan penyuluhan dan santunan pada anak yatim.   
Tonggak sejarah yang mempengaruhi transformasi struktur desa Cihideung Ilir dan berakibat luas dalam berkehidupan bermasyarakat adalah dikeluarkannya UU no 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Melalui UU ini Negara mengintervensi desa dengan berbagai program pembangunan yang relative seragam di seluruh Indonesia. Desa kemudian berubah struktur dari otonom menjadi agen pemerintah. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan kelembagaan, organisasi desa, yang berakibat pada perubahan berbagai aspek kehidupan.  Salah satu contoh perubahan yang terjadi adalah di bidang kesehatan dan peran perempuan dalam pembangunan masyarakat desa kkhususnnya berkaitan denngan peran sebagai perawat dan pemelihara kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Kondisi kesehatan masyarakat dan peran perempuan pada masa lampau, ditandai oleh suatu kondisi dimana kesehatan masyarakat pada waktu itu  masih terdapat local knowledge dan indigenous knowledge di bidang kesehatan seperti pengobatan menggunakan ramuan tradisional, daun cecenet, akar alang-alang sambiloto. Peran dukun bayi perempuan sangat tinggi karena mereka dipercaya untuk membantu proses persalinan, merawat bayi selama empat puluh hari setelah persalinan. Perempuan dukun bayi juga dijadikan tempat pengobatan bagi warga masyarakat yang terkena penyakit kuning (lever). Biasanya ia akan memberikan ramuan tradisional yaitu daun timbul/ daun sukun yang sudah tua diseduh dan diminum dengan seduhan daun teh. Dukun perempuan juga menyarankan untuk mandi dengan memakai daun sereh wangi supaya segar untuk membantu mengobatisakit kuning. Selain itu bisa juga dengan membuat ramuan dari daun cecenet. Jika terdapat anak kecil cacingan para perempuan/ibu rumah tangga membawa anak mereka ke dukun bayi, mereka akan diberi ramuan cekokann beruppa air kunyit hangat untuk diberikan pada anak yang cacingan.
Berbagai pengobatan dan jenis ramuan tradisional untuk menyembuhkan penyakit tersebut merupakan pengetahuan local ( peran dukun bayi perempuan/paraji dalam persalinan dimana paraji memiliki keahlian turun temurun) yang dimiliki oleh desa dan menjadi modal social dalam penyembuhan penyakit. Melalui interaksi ibu-ibu rumahtangga dengan dukun perempuan terjalin interaksi social yang terbangun demi menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat di desa ini.
Selain dukun bayi perempuan, masyarakat pada masa lalu juga berobat kepada orang pintar untuk pennyakit tertentu. Orang pintar/dukun dipercaya memiliki kemampuan melihat makhluk halus yang mengganggu tubuh manusia. Melalui kemampuannya maka makhluk halus ini bisa diusir agar keluar dari tubuh manusia sehingga manusia bisa terhindar dari rasa sakit dan penyakit yang diderita. Menurut penuturan informan bpak kamaryadi sebagai berikut:
“dukun bisa melihat makhluk halus termasuk kuntil anak. Biasanya dukun akan membawa kunyit untuk ditekan pada tubuh orang yang kesurupan, di sela jari tangan atau jari kaki. Kemudian terdengar jeritan dan ada suara wuss..keluar dari tubuh orang yang sakit/kesurupan” 

Pada masa lampau perilaku kesehatan masyarakat juga ditandai oleh ketidakmengertian akan arti penting kesehatan. Hal ini ditandai oleh kebiasaan masyarakat yang MCK di sungai, tidak mau membuat septitank di rumah sendiri dengan alasan biaya, mencuci piring, beras di sungai membuang sampah ke sungai tidak memiliki drainase yang baik serta kondisi lingkungan rumah yang relative kumuh.
Namun seiring perjalanan waktu dan pengaruh tonggak sejarah  desa seperti perkemahan wirakarta yang membantu membuat bendungan proyek membantu drainase warga masyarakat sehingga terdapat saluran air untuk drainase rumah mereka. Selain itu penyuluhan akan peran penting kesehatan masyarakat yang dilakukan mahasiswa praktek maupun pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen IPB memberi pengaruh pada peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Selain itu dengan UU no 5 tahun 1979 juga mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dimana pemerintah memberikan berbagai program kesehatan untuk membantu dan melindungi mayarakat agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Program kesehatan tersebut antara lain, adanya posyandu, bidan desa, program NKKBS, gerakan sayang ibu,  PKK, peningkatan keluarga kecil bahagia dan sejateera, pemberian imunisasi gratis, vitamin A gratis dan penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Kesemua itu sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku kesehatan masyarakat terutama para perempuannya. Hal ini terjadi karena banyak program kesehatan yang menjadikan perempuan sebagai objek untuk dijadikan agen perubah bagi kondisi kesehatan masyarakat khususnya kesehatan keluarga.
Sementara itu pihak  swasta/bisnis ikut mendapat keuntungan dari proses peningkatan kesehatan masyarakat. Mereka berkolaborasi dengan bidan desa untuk memasarkan produk mereka seperti susu bayi, makanan tambahan bayi, jenis obata-obatan pabrik yang dianjurkan bidan dan tenaga medis lainnya untuk dikonsumsi masyarakat serta bahkan berkolaborasi dengan kampus untuk mengenalkan jenis makanan dan produk tertentu dari olahann pabrik.
Tentunya upaya ini dimaksudkan tidak semata-mata charity bagi masyarakat lebih dari itu adalah untuk mengeruk keuntungan yang berlipat dari mayarakat. Dalam hal ini kebiasaan local berupa pola makan minum dan upaya preventif yang dilakukan masyarakat diganti oleh produk olahan dari pabrikan.
Pada masa yang akan datang dengan rencana pemekaran wilayah Ciampea menjadi kabupaten sendiri maka desa Cihideung Ilir juga akan mendapatkan imbasnya baik yang bersifat positif maupun negative. Sifat positifnya adalah desa ini telah bertransformasi dari desa menjadi desa urban kemudian menjadi kota dengan segala fasilitas dan kemudahan serta sirkulasi uang yang relative tinggi.
Namun sisi negatifnya adalah ketika telah menjadi kota yang menikmati segala fasilitas tersebut sejatinya bukan seluruh masyarakat desa cihideung Ilir yang telah turun temurun tinggal dan megalami sejarah perkembangan desa, tetapi kebanyakan yang menikmati keuntungan ini adalah para pendatang, pemilik modal, dan orang yang mampu memainkan aksesnya sehingga bisa menikmati segala fasilitas dan kemudahan itu. Sementara penduduk local akan bergeser ke pinggir dan terus ke pinggir, menjadi kelompok yang termarjinalkan. Mereka hanya menikmati efek tetesan ke bawah (trickle down effect) dengan menjadi pekerja bangunan, pembantu rumah tangga dan pekerjaan lainya yang bersifat penyangga sebuah kota.

G. Kesimpulan
Sejarah perkembangan desa Cihideung Ilir ditandai oleh tonggak sejarah berupa perkemahan wirakarta tahun 1968 yang membuat bendungan proyek, pemekaran IPB tahun 1977 dan UU no 5 tahun 1979 tentang pemerintahann desa. Berawal dari tonggak sejarah ini desa berkembang seiring waktu menjadi desa terbuka atau desa urban. Ke depan dengan rencana pemekaran Ciampea sebagai kabupaten maka bisa diprediksikan desa ini akan menjadi kota karena letak geografisnya yang di tengah kota dekat dengan kampus IPB. Konsekuensi dari mengkotanya desa maka masyarakat asli akan terpinggirkan/termarjinalkan.

Daftar Pustaka
Abdullah, Irwan, 2001. Seks, Gender dan Reproduksi kekuasaan, Yogyakarta: Tarawang Press
Collins, Randall, 1994, Four Sosiological Traditions, New York. Oxford University
                         Press.
            Castles, Stephen.2001. Studying Social Transformation. London: Sage Publication
Dharmawan, Arya, H. 2010. Teori Sosial Barat Kontemporer (Terpilih), Hand out materi kuliah  tidak dipublikasikan: pascasarjana IPB.
Eko, Sutoro, 2005,  Pemberdayaan kaum marjinal, Yogyakarta: APMD Press
Gardiner, O. mailing dkk. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Handayani, Trisakti dkk. 2005. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM press
Ihromi, dkk. 1991. Kisah Kehidupan wanita untuk Mempertahankan Kelestarian Ekonomi Rumah tangga, Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
Li, Tania. Murray. 2002. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor
Moghadam, M Valentine. 2000. Transnasional Feminist Networks; Collective Action in an Era of Globalization. Illionis: Sage Publication
McEwan, Cheryl. 2001. Postcolonialism, feminism and development: intersections and dilemmas. Birmingham:  Sage Publication
Sajogyo, Pudjiwati, 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta CV Rajawali.
Shiva, Vandana. 1997. Bebas dari Pembangunan; Perempuan, Ekologi dan Perjuangan Hidup di India. Jakarta: Yayasan Obor
Susilo, Dwi RK. 2009. Sosiologi Lingkungan, Jakarta, Rajawali Pers
Stinchombe,  1986, Constructin Social theories. New York: Harcourt, Brace & World.Inc
Suryo, Djoko, 2009. Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Historiografi Indonesia Modern, Yogyakarta: 2009
Tata, Indra, 2000. Menggugat Revolusi hijau. Yayasan KEHATI
Turner, Jonathan, 1998, The Structure of Sociological Theory, USA. Wadsworth Publishing Company
Vitalaya, Aida, 2010. Pemberdayaan Perempuan dari masa ke masa. Bogor. IPB Pers
Zamroni, 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Monografi Desa Cihideung Ilir tahun 2010
Data Perkembangan Desa 2010


No comments:

Post a Comment