Thursday, February 2, 2012

fertilitas

FERTILITAS
Yunindyawati/I363100011

Pendahuluan
Tulisan ini merupakan review chapter 4 dari hasil survey IDHS 2002-2003 yang banyak memberikan informasi  kelahiran.  Bagian ini menunjukkan hasil survey tentang level trend, dan differensiasi kelahiran didasarkan pada analisis sejarah kelahiran yang dikumpulkan dari perempuan menikah usia 15-49 tahun.
Dari  sensus dan survey  penduduk di Indonesia, angka kelahiran dan kematian diperkirakan menggunakan metode tidak langsung dan didasarkan pada jumlah bayi lahir dan bayi hidup. Ukuran kelahiran disini dihitung langsung dari sejarah lahir.

Trend dan level kelahiran langsung

Level kelahiran
Kelahiran langsung adalah total angka Total Fertility rates (TFRs) dan Age Spesific Fertility Rates (ASFRs).  Fertilitas merupakan performan reproduksi actual dari seorang atau sekelompok individu yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita atau sekelompok wanita  (Rusli: 1982: 69). Pola kelahiran di wilayah pedesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan  hampir di setiap umur.
Differensiasi desa-kota adalah terlihat pada status pendidikan dan social ekonomi. Hasil survey menunjukkan; wanita berpendidikan dasar memiliki TFR lebih tinggi dari wanita yang memiliki pendidikan lainnya. Pada wilayah perkotaan perempuan hamil yang tidak memiliki pendidikan  lebih banyak dari perempuan kaya dan terdidik.
Jumlah bayi lahir  dari perempuan usia 40-49 lebih tinggi dari TFR selama tiga tahun, sehingga disarankan untuk megurangi kelahiran. Differensiasi kelahiran berdasarkan propinsi; paling tinggi propinsi NTT dan paling rendah propinsi DIY.
Survey ini menunjukkan adanya penurunan ASFRs (age specific fertility rate) disetiap kelompok umur. Pengurangan dalam  TFRs  adalah penting untuk mengurangi kelahiran secara significan pada kelompok usia 20-24 dan 25-29 tahun.

Bayi yang pernah lahir dan bayi hidup
Jumlah bayi pernah lahir dan bayi hidup  penting untuk memahami sejumlah isu . Pertama variasi bentuk keluarga dihubungkan dengan kelompok usia. Perbedaan   antara perempuan yang pernah menikah dan yang menikah mula-mula menggambarkan efek dari janda dan perceraian pada kelahiran. Perbandingan jumlah bayi yang pernah lahir dan bayi hidup antara perempuan di usia  sampai 40 tahun menggambarkan perluasan dan dampak dari kematian penduduk.

Interval kelahiran
Distribusi kelahiran mengacu pada karakteristik latar belakang.  Hasil IDHS 2002-2003. Mengindikasikan bahwa interval kelahiran cenderung lebih kecil  pada ibu muda.

Usia pertama melahirkan
Salah satu factor determinan kelahiran dalam  kependududukan  adalah rata-rata usia saat melahirkan pertama kali. Menikah mmuda umumnya mengarah pada bentuk keluarga besar dan sering diasosiasikan dengan meningkatnya resiko kesehatan ibu dan anak.  Rata –rata usia pertama melahirkan pertama adalah ditipekan dengan tanda dari  transisi menuju level  kelahiran lebih rendah.
Hasil survey menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan penundaan memiliki anak pertama . prevalensinya mengalami penurunan.
Terdapat hubungan positif antara tingkat  pendidikan dan  rata-rata usia saat pertama melahirkan. Perempuan pendidikan menengah ke atas memulai  melahirkan anak kira-kira 7 tahun kemudian dan pada perempuan yangn tidak memiliki pendidikan dan berpendidikan rendah. Hubungan ini berlaku untuk semua kelompok umur. Rata-rata angka melahirkan pertama antara perempuan usia 25-49 berdasarakan propinsi paling rendah dan NTT paling tinggi.

Kelahiran muda
Isu kelahiran remaja adalah  penting untuk alasan  kesehatan dan social. Kemampuan melahirkan remaja memiliki  konsekuensi  demografi social negatif . kelahiran anak dari ibu muda dihadapkan pada meningkatnya resiko kesehatan dan kematian.  Data menunjukkan 10 persen usia 15-19 tahun yang menjadi ibu hamil. Remaja yang tidak menikah tidak memilki kehamilan dan kelahiran.  Terjadi penurunan proporsi remaja yang memiliki kemampuan melahirkan dari 12 persen menjadi 10 persen.  
Capaian pendidikan perempuan adalah  sebaliknya berkaitan dengan inisiasi kemampuan melahirkan.  Perempuan dengan pendidikan rendah lebih  suka mempunyai kemampuan melahirkan sejak remaja dari pada perempuan yang memiliki pendidikan menengah ke atas.
Variasi remaja mengandung dan menjadi ibu juga  tetap ada diantara propinsi. Propinsi yang paling tinggi persentase remaja telah mulai melahirkan adalah Kalimantan tengah dan Jambi, sedangkan yang paling rendah adalah sumatera utara dan DKI.

Pembahasan:
Fertilitas memiliki peranan penting dalam kependudukan. Struktur kependudukan ditentukan salah satunya karena fertilitas selain mortalitas dan migrasi. Karenanya peningkatan maupun penurunan angka fertilitas akan meberi dampak pada banyak aspek demografi khususnya dan aspek kehidupan lainnya. Sebagai contoh dalam bidang ketenagakerjaan. Ada beberapa konsekuensi fertilitas antara lain:
1.     Naiknya tingkat fertilitas bagi angkatan kerja perempuan;
Meningkatnya kelahiran bersama dengan persyaratan-persyaratan peran serta isteri dan ibu dalam kegiatan ekonomis, tidak saja mempengaruhi besarnya angkatan kerja wanita tetapi juga mempengaruhi derajat relative dari tingkat kegiatan spesifik pada berbagai kelompok umur. Setelah perang dunia kedua, ledakan perkawinan menyebabkan peningkatann dalam fertilitas dan pada waktu itu menekan tingkat kegiatan para perempuan  muda dibeberapa Negara.
2.     Menurunnya tingkat fertilitas bagi angkatan kerja perempuan;
Di Negara Industri, menurunnya tingkat kelahiran mempermulus jalan bagi kegiatan ekonomi perempuan yang sudah kawin. Tumbuhnya kebebasan untuk melakukan tugas keibuan karena fertilitas.
3.     Pada Negara berkembang, terdapat tingkat fertilitas yang tinggi menyebabkan jumlah anak yang lebih besar secara proporsional. Dalam hal ini dengan tingkat kegiatan usia spesifik yang sama, umumnya Negara sedang berkembang akan mempunyaiproporsi angkatan kerja lebih kecil dan beban ketergantungan yang tinggi.

Kesimpulan:
Variasi tingkat fertilitas berperan melalui struktur umur akan berpengaruh pada angkatan kera baik secara langsung mapun tidak langsung. Selain dari aspek tenaga kerja, fertilitas akan mempengaruhi aspek demografi dan non demografi lainnya.

Sumber:
Munir, Rozy.1985,  Aspek Demografis Tenaga Kerja : CV Akademika Presindo
Rusli, Said. 1982. Pengantar Ilmu Kependudukan: LPPPES.
IDHS 2002-2003 Chapter 4

No comments:

Post a Comment