Thursday, February 2, 2012

remittance pemantu rumah tangga

TINGKAT KEBERDAYAAN

PEMBANTU RUMAH TANGGA DI PERKOTAAN

( Studi Tentang Potensi Ekonomi dan Pola Remittance Pembantu Rumah Tangga di Kota Palembang)

Yunindyawati[1]

dipublikasikan dalam Jurnal Sociomedia Fisip Unsri

ABSTRACT

                This research have a purpose to know the power stage of house servant in Palembang City.  Especially, to understand their economic potency and remittance pattern.  The result of this research showed that majority of house servant were women with young age and great number of them are single.  They has low education and skill so their position were sickly confront employer.  Consequently, they weren’t have bargaining position to decided kind of job, number hour of job, salary, that they were received.  So the power stage was low.  Actually, house servant have a economic potency special if measured with their rural family.  But that economic potency didn’t get attention.  Remittance ability of house servant in Palembang city involved their capacity to reach economic potency.  So, be able to say that the power stage to influence capability to prepare economic potency and advanced to decided high or low power to sent out put their work to their family.
Key words: house servant, economic potency, remittance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberdayaan pembantu rumah tangga di kota Palembang. Secara khusus ingin mengetahui potensi ekonomi dan pola remitensi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembantu rumah tangga mayoritas adalah perempuan dengan usia yang relatif muda dan kebanyakan belum menikah/berkelluarga. Tingkat pendidikan dan kemampuan/skill yang mereka miliki relatif rendah membuat posisi terhadap majikan menjadi lemah, sehingga membuat pembantu rumah tangga tidak memiliki posisi tawar yang memadai terutama dalam menentukan jenis pekerjaan, jumlah jam kerja dan besarnya upah yang harus diterimanya. Sebenarnya pembantu rumah tangga memiliki potensi ekonomi yang cukup besar terutama jika diukur dengan kondisi ekonomi mereka di daerah asal. Namun potensi tersebut belum tergarap secara maksimal. Kemampuan remitensi pembantu rumah tangga di Palembang dipengaruhi oleh kemampuan mengellola dan mengolah potensi ekonomi dan pada gilirannya menentukana besar kecilnya kemampuan untuk mengirim uang ke daerah asal.
Kata kunci: pembantu rumah tangga, potensi ekonomi, remitensi



Pendahuluan

            Dewasa ini daerah perkotaan, terutama di negara-negara sedang berkembang telah mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan dalam bentuk fisik nampak dengan menjamurnya gedung-gedung bertingkat, semakin lengkapnya sarana penunjang kehidupan, meliputi sarana perumahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sosio kultural masyarakat kota juga mengalami pergeseran dari sikap dan perilaku yang berorientasi tradisional menuju pola-pola orientasi modern yang sering ditandai dengan tingkat rasionalitas tinggi.
            Salah satu perubahan yang bisa diamati adalah kehidupan kehidupan rumah tangga (keluarga) masyarakat perkotaan. Di wilayah perkotaan peran dan fungsi keluarga telah tergeser, bahkan tergantikan oleh lembaga-lembaga sosial sesuai spesifikasinya masing-masing.
            Peran orang tua (suami-istri) untuk mengelola rumah tangga seperti menata perabotan, membersihkan rumah, memasak, mencuci, bahkan sampai peran menjaga anak semakin dirasakan berat bila dikerjakan sendiri sehingga mereka harus mempunyai pembantu rumah tangga untuk membantu menyelesaikan urusan rumah tangga tersebut. Hal ini disebabkan semakin banyak keluarga di kota sebagian besar bertipe keluarga inti yang suami dan istrinya sama-sama bekerja di luar rumah dan tidak ada waktu lagi untuk menangani pekerjaan rumah tangga.
            Ketergantungan akan jasa pembantu rumah tangga diperkotaan disebabkan beberapa hal yaitu : Pertama; bentuk keluarga di kota adalah keluarga inti terdiri dari ayah ibu dan anak-anak. Apabila pekerjaan rumah tangga tidak dapat diselesaikan dalam rumah tangga maka terpaksa dicari tenaga dari luar. Kedua; karena kemajuan jaman, dimana kaum wanita semakin mendapatkan kesempatan berkarir di luar rumah, untuk kegiatan sosial maupun komersial sehingga pekerjaan rumah tangga harus ditangani orang luar. Ketiga; adanya lapisan masyarakat yang seolah-olah mengharuskan mereka memiliki atribut-atribut tertentu (Ajik dalam Dinamika 1998).
Pekerjaan pembantu rumah tangga sebenarnya mempunyai potensi ekonomi yang cukup berarti, bahkan bisa membantu kehidupan ekonomi keluarganya di daerah asal. Namun karena selama ini posisinya masih rentan terutama menghadapi majikannya, maka potensi ekonominya tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Padahal kontribusi dan peran pembantu rumah tangga sangat besar terutama pada keluarga yang suami istri bekerja. Seringkali posisi sebagai pembantu rumah tangga ini justru kurang  mendapatkan perhatian dan penghargaan yang memadai. 
Penelitian ini hendak melihat seberapa besar potensi ekonomi dan tingkat keberdayaan pembantu rumah tangga di kota Palembang. Potensi ekonomi yang hendak dikaji adalah seberapa besar hasil kerja pembantu rumah tangga memberikan kontribusi ekonomis terhadap diri dan keluarga mereka. Sementara tingkat keberdayaan pembantu rumah tangga diarahkan untuk melihat kemampuan dan keberanian pembantu rumah tangga dalam melakukan posisi tawar menawar (bargaining position) dalam menentukan jam kerja, besar gaji, pekerjaan dan aktifitas-aktifitas diluar pekerjaan yang bersifat personal.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah kota Palembang yaitu Palembang Timur, Palembang Barat, Palembang Utara dan Palembang Selatan, yang mencakup kecamatan Ilir Barat I, Ilir Barat II, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Kertapati, Gandus, Sako dan Sukarame.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengetahui tingkat keberdayaan dan potensi ekonomi pembantu rumah tangga di perkotaan dalam hal ini di Palembang. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Data yang didapat berupa angka-angka yang akan diinterpretasikan dan dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling. Dalam hal ini peneliti menentukan terlebih dahulu kriteria- kriteria untuk bisa dijadikan sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan pengambilan sampel diseluruh kecamatan yang terdapat di kota Palembang. Masing masing kecamatan diambil sampel dengan jumlah yang sama secara acak.
Populasinya adalah pembantu rumah tanggga di kota Palembang. Unit analisisnya pada tingkat individu. Sampelnya adalah pembantu rumah tangga yang telah bekerja sebagai pembantu selama minimal enam bulan.
Tinjauan Pustaka
Para pembantu rumah tangga umumnya adalah wanita pedesaan dan mereka telah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan di luar rumah (umumnya bertani: pada saat menanam, memotong padi, atau menumbuk padi pada saat panen). Ketika teknologi pertanian yang lebih maju diterapkan banyak yang kehilangan pekerjaan terutama kaum wanita. Ketika sabit menggantikan ani-ani misalnya,  maka dibutuhkan tenaga yang lebih besar  dan kuat untuk mengoperasikannya, akibatnya banyak tenaga wanita yang terdepak dari pertanian (Sajogyo; 1985:142 dalam Dinamika).
Masuknya pembantu rumah tangga ke dalam sebuah keluarga akan menambah pola hubungan dalam keluarga tersebut yaitu antara majikan dan pembantu rumah tangga. Menurut Partini terdapat tiga pola interaksi/hubungan antara majkan dan pembantu rumah tangga yaitu Pola hubungan feodal, Pola hubungan majikan-buruh, Pola hubungan kekeluargaan.
Munculnya pola-pola hubungan anatara majikan dan pembantu rumah tangga tidak lepas dari perilaku-perilaku yang ada didalamnya. Pola perilaku setiap orang dalam suatu hubungan didasari oleh apa yang diyakininya tentang hubungan itu, dalam hal ini bagaimana seorang memandang pekerjaan pekerjaan pembantu. Majikan mempunyai kedudukan ordinat terhadap pembantu, sehingga pandangannya tentang pekerjaan itu lebih berpengaruh dari pada pekerjaan itu sendiri. Menurut Soekanto (1984: 203), pandangan seseorang tentang suatu hal dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimilikinya, karena nilai-nilai merupakan dasar daripada etika (mengenai apa yang benar dan salah). Sedangkan etika sendiri mendasari norma dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya.
Hasil Penelitian
A.    Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 100 pembantu rumah tangga sebagai responden. Lokasi penelitian tersebar di seluruh wilayah kota Palembang dengan mengambil sampel dari seluruh kecamatan yang ada.
              Data menunjukkan responden yang berusia 15-30 tahun mancapai 67 %. Usia ini merupakan usia produktif sehingga mayoritas mereka masih cukup kuat tenaganya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sebanyak 27 orang atau 27 % berusia 31-46 tahun dan usia 47 tahun keatas sebanyak 6 orang.
              Sebanyak 60 responden belum menikah, 26 orang sudah kawin dan 14 orang janda/duda. Angka ini wajar jika dikaitkan dengan distribusi umur responden yang relatif muda seperti dikemukakan pada tabel sebelumnya. Oleh karena kebanyakan belum berkeluarga, dalam bekerja sebagai PRT mereka tidak terbebani oleh masalah-masalah keluarga.
              Di kota Palembang banyak dijumpai PRT yang bekerja part time. Mereka hanya bekerja beberapa jam saja dengan pekerjaan yang tertentu sehingga mereka tidak perlu bermalam di rumah majikan. Kebanyakan mereka yang bekerja part time ini adalah mereka yang memiliki status perkawinan sudah menikah.
            Daerah asal/di rumahnya bagi yang berkeluarga adalah keluarga inti dan  keluarga  luas.     Dari   data yang
diperoleh ternyata    sebagian  besar 53
responden mempunyai     keluarga inti
dan 47 merupakan keluarga luas.
              Jumlah responden yang berpendidikan SD tidak tamat sebanyak 32 orang dan yang  berpendidikan tamat SD 31 orang.  Terdapat pula 7 orang responden yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan formal. Mereka semua tidak melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi, mengingat sekarang ini biaya untuk sekolah cukup banyak mulai dari SPP, seragam dan perlengkapan sekolah lainnya.
B.     Riwayat Pekerjaan Responden
Sebelum menjadi PRT, terdapat beberapa responden yang sudah memiliki pekerjaan antara lain: 21 orang mengatakan pernah bekerja sebagai petani/buruh  sebelum menjadi PRT. 69 orang responden mengatakan sebagai pengangguran dan 9 orang mengatakan belum pernah bekerja. Terdapat seorang responden yang bekerja sebagai pedagang sebelum menjadi PRT.
Pada umumnya alasan responden bekerja sebagai pembantu rumah tangga adalah untuk menunjang perekonomian keluarga. Sebanyak 37 responden menyebutkan alasan tersebut. 23 responden mengatakan karena alasan untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi dan kebutuhan keluarga sebagai alasan utama mereka bekerja sebagai PRT. Namun 32 responden mengatakan bahwa alasan mereka bersedia bekerja sebagai PRT adalah untuk mencari pengalaman di kota.
C. Proses Awal Menjadi Pembantu Rumah Tangga
Responden bisa bekerja sebagai PRT umumnya tidak datang sendiri untuk mendapatkan pekerjaannya tetapi kebanyakan atas jasa perantara yaitu karena ajakan dari teman-temannya  sebanyak 47 orang dan 23 orang karena ajakan saudara, 18 ajakan teman majikan, 2 orang dengan perantara calo dan 10 orang menawarkan sendiri kepada majikan. Kebanyakan responen bekerja melalui perantara teman dan saudara.
Sebanyak 52 responden mengatakan pernah berganti majikan dan 42 orang responden mengatakan tidak pernah ganti majikan. Tidak pernah ganti majikan disini ada dua  kemungkinan, pertama  karena memang kerasan tinggal dengan majikannya dan kedua karena baru bekerja sebagai PRT.
Sebanyak 22 responden mengatakan bahwa ia berganti pekerjaan karena alasan ingin ganti suasana, bosan dan kesepian. 13 responden mengatakan alasannya berganti majikan karena gaji kurang memadai. Alasan karena majikan tidak menyenangkan dikemukakan oleh 8 responden. 9 responden mengatakan alasan mereka bepindah majikan karena pekerjaan terlalu berat.
D. Keberdayaan Pembantu Rumah Tangga
Keberdayaan pembantu rumah tangga adalah kemampuan dan keberanian para pembantu rumah tangga menentukan beberapa macam pekerjaan, penentuan gaji dan melakukan tuntutan atas haknya sebagai pembantu rumah tangga kepada majikannya sehingga keberadaan/posisi mereka tidak menjadi lemah. Dalam banyak hal yang menyangkut sistem penggajian, jumlah jam kerja, kesediaan melakukan pekerjaaan tambahan, keberlanjutan bekerja ketika sakit dan lainnya.
Dari data yang diperoleh ternyata 100 orang responden (100 %) mengatakan menerima gaji dengan sistem bulanan. Data menunjukkan persentase terbesar (80 %) penentu gaji responden adalah majikan. Majikan menentukan sistem penggajiannya, besar/jumlah uangnya maupun cara pembagiannya. Terdapat pula 17 responden yang melakukan tawar menawar gaji dengan majikannya. Mereka ini biasanya merupakan pembantu rumah tangga yang telah lama bekerja/menekuni pekerjaan sebagai pembantu sehingga mereka mengetahui/berpengalaman untuk melakukan tawar menawar.
Selain pekerjaan rutin, responden yang sering melakukan pekerjaan tambahan  sebanyak 6 %, yang kadang-kadang melakukan pekerjaan tambahan 47 % dan yang tidak pernah melakukan pekerjaan tambahan 47 %.
Majikan yang bersedia memberikan bantuan pekerjaan rumah tangga kepada responden sebanyak 41 orang, kadang-kadang membantu responden sebanyak 54 orang dan 5 orang tidak pernah memberi bantuan.
Penentu lama kerja responden terbesar adalah responden sendiri 44 %, majikan 24% dan  19 % ditentukan oleh kesepakatan atau tawar menawar antara majikan dan responden serta 13 % ditentukan oleh jumlah pekerjaan. Responden bekerja selama 6,1 sampai 12 jam perhari.
Ada berbagai macam reaksi majikan menghadapi kesalahan yang dilakukan oleh pembantu mereka. Sebagian besar (50%) majikan akan memberikan teguran atau menasehati pembantunya. 37 orang majikan membiarkan saja katika pembantunya melakukan kesalahan dan 13 orang majikan memberikan sangsi ketika pembantunya melakukan kesalahan.
Terdapat beberapa sikap yang diambil majikan waktu pembantu minta ijin pulang. Persentase majikan selalu memberikan ijin kepada responden (75 %). Sementara majikan yang berkarier dan betul-betul tergantung pada pembantunya, sulit memberi ijin. Dari data diketahui sebanyak 5 % majikan tidak memberi ijin.
Jenis pemberian majikan diluar gaji terbanyak adalah pemberian THR yaitu sebanyak 72 responden menerima. Biasanya majikan memberi tambahan uang ketika menjelang hari raya Idul Fitri, waktu responden hendak pulang kampung
Ternyata kebanyakan majikan akan memberikan perhatian kepada responden saat sakit dengan membawanya ke dokter dan menanggung seluruh biaya pengobatan. Namun ada juga majikan (14 orang ) yang bersikap acuh tak acuh dengan membiarkan responden yang sedang sakit.Dari 14 orang responden yang dibiarkan jika saskit, ada seorang responden yang berani meminta majikan untuk diobatkan. Kebanyakan (10 responden) mengatasi rasa sakitnya dengan memerikasakan ke dokter dengan biaya sendiri.
Dari 100 responden terdapat 6 orang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sembari mengikuti kursus menjahit. Mereka mengikuti kursus tersebut atas inisiatif mereka sendiri untuk dapat menguasai ketrampilan sehingga ketika mereka telah memiliki keahlian dapat mandiri dan tidak bekerja ikut orang lain lagi.
E.     Potensi Ekonomi Pembantu Rumah Tangga
Potensi ekonomi pembantu rumah tangga dapat diukur melalui kemampuan ekonomis yang meliputi besarnya gaji yang diterima dan kemampuannya untuk survive dengan ukuran tingkat kecukupan pemenuhan kebutuhan dan tindakan-tindakan yang dilakukan ketika gaji tidak cukup. Kemungkinan  pengiriman hasil kerja ke daerah asal adalah juga merupakan potensi ekonomi yang dimilikinya. Semakin besar penghasilan mereka diharapkan semakin besar pula pengiriman/pengembalian hasil ke daerah asal.
Besar gaji responden berkisar Rp.151.000–Rp. 200.000 (42 %). Namun responden yang mendapatkan penghasilan lebih dari Rp. 200.000,- juga cukup banyak yaitu 31 orang (31 %). Yang menerima <100.000 sebanyak 13 % dan 100.000-150.000 sebanyak 42 %.
Gaji responden paling utama untuk membeli kebutuhan konsumtif mereka sebanyak 41 %, kebutuhan rekreatif 10 %, kebutuhan pendidikan 12 % dan tabungan 37 %. Jumlah pendapatan yang diterima responden dan pengeluaran mereka akan menjadi ukuran tingkat kecukupan gaji yang mereka dapatkan.
Upaya yang dilakukan responden bila gaji tidak cukup adalah berhutang sebanyak 92 %. Selain berhutang upaya yang dilakukan bila gaji mereka tidak cukup adalah menjual barang dan menggadaikan barang. Ada dua tempat mereka bisa berhutang, pertama majikan dan kedua teman mereka sesama PRT.
F.     Pengiriman Hasil Kerja ke daerah Asal
Konsep pengiriman hasil (remiten) juga timbul karena ikatan yang kuat antara orang dengan daerah asalnya. Keterikatan dengan desa asal inilah yang nantinya akan menimbulkan tradisi mudik. Dengan mudik ini diharapkan hasil yang mereka peroleh tersalurkan ke desa sehingga dapat meningkatkan perekonomian desa pada umumnya dan keluarga responden khususnya
Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang pernah mengirimkan hasil kerja mereka sebanyak 56 responden dan 34 responden tidak pernah mengirimkan hasil kerja merka ke desa. Responden yang tidak mengirimkan hasil kerja ke desa adalah mereka yang telah berkeluarga dan bekrjanya pun part time sebagai pencuci baju dan pekerjaan tertentu saja.
Pembantu rumah tangga yang mengirimkan hasil kerja mereka ke desa dalam bentuk uang dan barang. Hampir seluruh responden yang mengirim hasil kerjanya dalam bentuk uang dan hanya seorang responden mengirim dalam bentuk barang. Kebiasaan mengirim dalam bentuk uang ini dilakukan karena lebih praktis dan ekonomis dibanding dalam bentuk barang.
Rata-rata jumlah uang yang dirim ke daerah asalnya adalah antara Rp. 50.000,- sampai dengan  Rp. 100.000,- dilakukan oleh 36 responden. Jumlah cukup besar jika dikaitkan dengan jumlah gaji yang mereka terima. Bahkan ada juga yang mengirimkan hasil kerja mereka lebih dari Rp. 100.000,- ke daerah asal mereka. Namun hal ini tidak dilakukan setiap bulan.
Dari 56 orang yang mengirimkan hasil kerja ke daerah asal, terdapat 25 responden yang mengirimkannya setiap 1-2 bulan sekali.. Sedangkan yang memiliki intensitas 3-4 bulan sekali sebanyak 23 responden, diatas 4 bulan 3 orang dan dengan waktu tidak tentu sebanyak 5 orang responden.
Cara pengiriman uang dan barang dilakukan dengan beberapa cara antara lain lewat pos wesel dan dititipkan pada temannya yang kebetulan pulang atau kadang kala diberikan ketika sanak keluarganya menjenguk di kota.
Ada beberapa orang yang. dituju responden untuk mendapatkan kiriman uang. Yang paling banyak dituju adalah orang tua (79 %). Mengirim uang kepada orang tua merupakan dianggap sebagai balas jasa anak untuk orang tua mereka alasan lain yang dimungkinkan adalah karena alasan budaya dan bentuk keluarga. Umumnya bentuk keluarga di desa adalah extended family dan budaya paternaislik yang masih melembaga. Sehingga meskipun yang dituju adalah anak responden tapi acapkali melalui orangtua mereka.
Responden yang mengirimkan hasil kepada anak mereka sebanyak enam orang dengan tujuan agar dimanfaatkan untuk biaya sekolah mereka. Ada pula dua orang responden yang mengirimi uang mertuanya di desa dan ada empat orang responden yang mengirimkan hasil kerja untuk suaminya di desa.
Penggunaan uang kiriman terutama untuk mencukupi kebutuhan dasar/hidup keluarganya khususnya bahan makanan. Penggunaan diluar ini sangat variatif ada yang untuk modal usaha, ditabung dan untuk berobat orang tuanya. Berdasarkan data yang diperleh sebanyak 45 responden mengatakan hasil kiriman uang mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga di desa. Ini dilakkan oleh oleh responden yang bekerja karena alasan tekanan ekonomi yang menghimpit mereka sehingga mereka dijadikan tulang punggung keluarganya di desa. Terdapat pula responden yang mengirim uang ke desa untuk modal usaha dan untuk di tabung.
Dalam kaitan dengan penggunan uang remiten ini, curson (dalam Dinamika, 1998) berpendapat bahwa tujuan seseorang melakukan remiten adalah untuk membantu perekonomian keluarga dan investasi. Untuk investasi ini biasanya berupa tanah dan modal usaha kecil-kecilan. Tujuan lain mereka melakukan remiten dapat pula untuk membeli ternak dan keperluan biaya sekolah anak dan saudara.

Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab terdahulu dapat dikemukakan temuan-temuan pokok yang sekaligus sebagai kesimpulan penelitian ini yaitu:
1.      Mayoritas yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perkotaan adalah wanita dengan usia muda dan kebanyakan masih belum berkeluarga. Umumnya mereka meninggalkan desa karena alasan ekonomi, yakni ingin mendapatkan penghasilan.
2.       Minimnya tingkat pendidikan dan kemampuan/skill yang rendah menjadikan posisi mereka terhadap majikan lemah. Pembantu rumah tangga tidak memiliki posisi tawar yang memadai terutama dalam menentukan jenis pekerjaan, jumlah jam kerja, dan besar upah yang diterima. Oleh karenanya tingkat keberdayaan pembantu rumah tangga masih rendah terhadap majikan yang mempekerjakannya.
3.      Sebenarnya pembantu rumah tangga memiliki potensi ekonomi yang cukup besar terutama bila diukur dengan kondisi mereka di daerah asal, namun potensi ini belum tergarap secara maksimal.
4.      Kemampuan remiten pembantu rumah tangga di Palembang dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam mewujudkan potensi ekonomi yang dimilikinya. Oleh karena mereka belum mampu memaksimalkan potensi ekonominya maka kemampuannya tidak terlalu besar.
5.      Dengan demikian dapat dikatakan tingkat keberdayaan mempengaruhi kemampuan mengelola dan megolah potensi ekonomi dan pada gilirannya akan menentukan besar kecilnya kemampuan untuk mengirim hasil kerjanya kepada keluarganya ke daerah asal. Semakin tinggi tingkat keberdayaan pembantu rumah tangga semakin besar kemungkinan untuk mengirim hasil kerja dalam jumlah cukup besar ke daerah asal.
Saran-saran

Saran saran yang dapat dikemukakan adalah :

1.      Pekerjaan pembantu rumah tangga merupakan pekerjaan sektor informal. Hal ini membuat posisi pembantu rumah tangga dalam posisi yang rentan. Untuk itu perlu dipikirkan sehingga pekerjaan ini memiliki jaminan yang jelas atas pekerjaannya terutama yang menyangkut masalah gaji, jenis kerja dan jam kerja.

2.        Potensi ekonomi pembantu rumah tangga sangat terkait dengan tingkat keberdayaan yang dimilikinya maka diharapkan ada upaya-upaya pemberdayaan sehingga pembantu rumah tanga mampu memaksimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya. Dengan potensi ekonomi yang maksimal diharapkan semakin meningkatkan remitannya ke desanya.



DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat, 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga,  
                Gramedia, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, CV Rajawali Press

Singarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei 
                 Cetakan Ketujuh, LP3ES.  Jakarta.

Sajogyo dan Pudjiwati, 1995.  Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta, Gadjah Mada
                University Press.

Jurnal Penelitian Mahasiswa, 1998. Dinamika, Fisip Unair
Surabaya Post, 25 Maret 1994













[1] Staf Pengajar Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Sriwijaya

No comments:

Post a Comment