Thursday, February 2, 2012

masalah penurunan angka kelahiran

MASALAH PENURUNAN ANGKA KELAHIRAN
Review tulisan  Masri Singarimbun
Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada
Dalam Prisma 6 Juni 1994
Yunindyawati
NRP I363100011

Inti dari tulisan Masri Singarimbun adalah bahwa baik Negara maju dan berkembang telah berlangsung penuruan fertilitas meskipun terdapat perbedaan factor penyebabnya. Namun  dipastikan program KB di berbagai Negara termasuk Indonesia memberikan dampak global. KB berjalan lancar seiring kemajuan social ekonomi dan keduanya saling mendukung.
Pada awal  tulisan “ masalah penurunan angka kelahiran; aspek-aspek social budaya dan program”, Masri Singarimbun  mengulas tentang sejarah kependudukan terutama berkaitan dengan jumlah penduduk optimum menurut para pemikir seperti Konfusius, Plato,  Aristoteles, Ibnu Khaldun, G Bareto, Malthus dan lainnya.
Pada zaman awal, jumlah penduduk yang besar dianggap sebagai asset dank arena itu perlu di rangsang pertumbuhannya. Pada zaman pertengahan, menyoroti masalah penduduk dari segi etik dan moral bkan dari sudut duniawi. Pada era ini aborsi, pembunuhan bayi, anak ditelantarkan, perceraian dan poligami dikutuk. Sebaliknya menjujung tinggi keperawanan. pada zaman modern awal para ahli cenderung menginginkan pertambahan penduduk.
Pada masyarakat agraris dan bersahaja ada kalanya pengendalian penduduk dilakukan dalam keluarga. Ini didasarkan pada teori hubungan antara kebudayaan dan fertilitas pada masyarakat industry yang dikemukakan Carr saunders yang menyatakan bahwa; evolusi kebudayaan mengarah pada tendensi penduduk optimum sesuai ketersediaan sumber daya dan teknologi ekonomi penduduk. Menurutnya hampir tiap ras melakukan praktek pengendalian jumlah penduduk dalam keluarga. Sementara itu Moni Nag melakukan studi lintas budaya dan menyimpulkan bahwa terdapat variasi yang besar dalam tingkat fertilitas masyarakat non industri.
Frank Lorimer dalam buku culture and fertility. Asumsinya terdapat hubungan antara system kekerabatan dan fertilitas. System kekerabatan lineal memberi dorongan terhadap fertilitas yang tinggi merupakan kesimpulan  dari tulisannya.
Proses perubahan angka kelahiran dan angka kematian di dalam demografi diterangkan dengan teori transisi demografi. Tiga tahap transisi demografi yaitu pratransisi, transisi dan pasca transisi.
1.            Pada fase awal, angka kematian menurun teeetapi angka kelahiran tetap tinggi dengan perbaikan kesehatan   aaada kemungkinan angka kelahiran mengalami kenaikan
2.            Pada masa transisi tengah, baik angka kematian maupun angka kelahiran menurun, namunangka kematian menurun lebih cepat. Dengan demikian penduduk bertambah dengan pesat
3.            Pada masa transisi akhir, angka kematian rendah atau menurun sedikit sedangkan angka kelahiran berkisar antara sedang dan rendah. Pada fase ini pengetahuan dan praktek keluarga berencana sudah meluas.
Di Negara barat, proses penurunan angka kelahiran melalui praktek keluarga berencana tidak dikenal sama sekali sebagaimana di negara berkembang yang dijadikan program pemerintah. Di Barat yang justru menyuarakana pentingnya penuruan jumlah penduduk untuk meningkatakan kualitas hidup dan mencegah kemiskinan adalahpejuang keluarga berencana dan bukan pemerintah. Adalah; Francis place (1771-1854), Edwarf trueiove (1878-79), Dr. Knolton, Robert Dale Owen, William robinson dan Mrgaret sanger; mereka adalah para pejuang keluarga berencana di barat. Majalah Malthusian memberitakan bahwa kontrasepsi adalah obat penting untuk mencegah kemiskinan akibat jumlah anak dan penduduk terlalu banyak.
Penurunan nagka kelahiran pada berbagai masyarakat berkaitan dengan peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Padahal Negara-negara industry pada umumnya tidak mempunyai program resmi keluarga berencana untuk penurunan angka kelahiran. Penurunan angka kelahiran dengan alat kontrasepsi dibarengi motivasi mempunyai anak sedikit.
Sementara itu, Negara-negara berkembang mempunyai program keluarga berencana. Pelaksanaan program KB di berbagai Negara berkembang didasarkan pada perhitungan ekonomi. Program KB  menggunakan isu /topic tertentu. Lambing-lambang dan kampannye program KB pada umumnya ditujukan untuk mengembangkan norma-norma keluarga kecil dan memperlemah preferensi terhadap anak laki-laki. Topic preferensi jenis kelamin anak dibicarakan dalam berbagai studi penelitian ilmuwan social di berbagai Negara.
Freedman dan Coombs menyimpulkan bahwa dalam hal preferensi terhadap anak laki-laki terdapat perbedaan antara Negara industry dan Negara berkembang. Sejalan dengan toppik preferensi anak banyak juga penelitian dilakukan tentang nilai anak dalam keluarga. Ada dua macam beban ekonomi anak; yakni beban financial dan biaya alternative atau opportunity cost. Beban financial merupakan biaya pemeliharaan langsung, seperti makan, pakaian, rumah, pendidikan dan perawatan kesehatan. Biaya alternative merupakan biaya yang dikeluarkan atau penghasilan yang hilang karena mengasuh anak.
Dampak global program keluarga berencana pada Negara berkembang  adalah penurunan fertilitas. Ada program KB yang didukung kekuatan politik seperti Indonesia, RRC, Bangladesh, dan Kenya, dan ada yang sukses tanpa dukungan politis seperti Thailand, korea, Taiwan costa rica dan Colombia.
Di akhir tulisan masri Singarimbun menawarkan wacana tentang bagaimana kehidupan Asocial ekonomi keluarga setelah angka kelahiran menurun. Apakah dampAak penurunan fertilitas terhadap kehidupan social, cultural, dan ekonomi rumah tangga dan masyarakat pada umumnya? Dalam pengertian yang luas, apakah artinya mempunyai keluarga kecil bagi mereka? Sebuah pertanyaan yang menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Sumber:
Masri Singarimbun, 1994, Masalah Penurunan Angka Kelahiran, Aspek-aspek Sosial budaya dan Program, Dalam Prisma 6 Juni 1994
           

No comments:

Post a Comment