Wednesday, February 1, 2012

ragam paradigma dalam penelitian sosiologi

URGENSI PEMAHAMAN RAGAM PARADIGMA SEBAGAI UPAYA KONSISTENSI  METODOLOGI DALAM PENELITIAN SOSIOLOGI*
Yunindyawati, I363100011**

PENDAHULUAN
Paradigm merupakan  seperangkat dasar kepercayaan yang memandu tindakan. Paradigm mengarah pada empat konsep: yaitu, ethic (axiology), epistemology, ontology dan methodology. Ethic berbicara tentang bagaimana seseorang menjadi bermoral di dunia. Epistemology bagaimana kita mengetahui dunia. Ontology adalah pertanyaan mendasar tentang realitas alam dan alam manusia. Setiap upaya penyelidikan/penelitian tidak bisa melepaskan diri dari paradigm, karena setiap peneliti pasti memiliki seperangkat asumsi ataupun kepercayaan dasar yang mengarahkan, memandu proses penyelidikannya.
Penelitian merupakan metode studi yang dilakukan seseorang atau beberapa orang melalui penyelidikan yang hati-hati terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah yang diteliti. Penelitian berguna untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi dari suatu set keadaan khusus. Jika seseorang mengadakan penelitian, secara sadar atau tidak dalam dirinya ada cara memandang hal atau peristiwa tertentu. Hal ini disebabkan karena dalam dirinya sudah terbentuk seperangkat kepercayaan yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu yang dinamakan aksioma.
Dalam sosiologi, terdapat jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam operasionalnya menggunakan pendekatan yang berbeda. Perbedaan mendasar diantara keduanya adalah terdapat pada paradigm yang di gunakan. Menurut Patton 1980, paradigm merupakan suatu pandangan, sutau perspektif umum atau cara untuk memisahkan dunia nyata yang kompleks, kemudian memberikan arti dan penafsiran-penafsiran. Dari pengertian ini Kuhn menunjukkan bahwa paradigm bukan hanya sekedar orientasi metodologi atau seperangkat aturan untuk riset, melainkan juga membicarakan perspektif, asumsi yang mendasari, generalisasi-generalisasi nilai, keyakinan atau “ disciplinary matrix” yang kompleks. Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa paradigm adalah kumpulan yang longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Pertentangan tentang dasar dalam melihat sifat fakta kehidupan dunia yang membedakan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.  Sebenarnya ada beberapa macam paradigm, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah paradigm pengetahuan (scientific paradigm) dan paradigm alamiah (naturalistic paradigm). Paradigm ilmiah bersumber pada pandangan positivism sedangkan paradigm alamiah bersumber pada pandangan fenomenologi. Pandangan positivism barakar pada pandangan teoritisi auguste Comte dan Durkheim abad 19 dan awal abad 20. Para positivism mencari fakta dan penyebab fenomena sosial, dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektif individu. Durkheim menyarankan kepada ahli ilmu social untuk mempertimbangkan fakta social atau fenomena social sebagai sesuatu yang memberikan pengaruh dari luar atau memaksakan pengaruh tertentu terhadap perilaku manusia (Moleong, 2000). Berikut ini perbedaan aksima paradigm positivism dan alamiah menurut Lincoln dan Guba (1985).




Aksioma tentang
Paradigm positivisme
Paradigm Alamiah
Hakikat kenyataan
Kenyataan adalah tunggal nyata dan fragmentaris
Kenyataan adalah ganda dibentuk dan merupakan keutuhan
Hubungan pencari tahu dan yang tahu
Pencari tahu dan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualism
Pencari tahu dan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan
Kemungkinan generalisasi
Generalisasi atas dasar bebas waktu dan bebas konteks dimungkinkan (pernyataan nomotetik)
Hanya waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan ideografis yang dimungkinkan)
Kemungkinan hubungan sebab akibat
Terdapat penyebab sebenarnya yang secara kontemporer terhadap atau secara simultan terhadapakibatnya
Setiap keutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-sama sehingga sukar membedakan mana yang sebab mana akibat
Peranan nilai
Inkuiri bebas nilai
Inkuirinya terikat nilai

Sumber : Moleong 2000
Paradigm alamiah lebih dikenal dengan pandangan fenomenologi, yang berusaha memahami perilaku manusia dari kerangka berpikir maupun bertindak orang-orang itu sendiri. Paradigm positivism dalam bidang penelitian dikenal sebagai pandangan kuantitatif. Dalam memandang kehidupan social menggunakan asumsi-asumsi mekanistik dan statistic. Paradigm kualitatif menekankan pada pendekatan humanistic untuk memahami realitas social member tekanan pada  pandangan terbuka terhadap kehidupan. Kehidupan social dipandang sebagai suatu kreatifitas bersamaindividu-individu. Paradigm kualitatif mengasumsikan bahwa realitas itu bersifat ganda atau kompleks antara satu dengan yang lainnya saling terkait sehingga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat holistic.
Paradigm kuantitatif dalam melihat dunia sebagai suatu gabungan variable artinya pendekatan kuantitatif berasumsi dengan mengamati perilaku yang Nampak dan kata-kata yang menggambarkan dunianya. Paradigm kualitatif melihat dunia sebagai kebulatan (holistik) dengan asumsi bahwa pemahaman tingkah laku manusia tidak cukup dengansurface behavior, melainkan juga perspektif dalam diri pelaku manusia untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang manusia dan dunianya. Perbandingan paradigm kuantitatif dan kalitatif dapat dilihat pada table berikut:


Paradigm kualitatif
Paradigm kuantitatif
Menganjurkan penggunaan metode kualitatif
Menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
Fenomenologisme dan vertehend dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference actor itu sendiri
Logika positivism: melihat fakta atau kausal fenomena social dengan sedikit melihatbagi pernyataan subjektif individu-individu
Observasi tidak terkontrol dan naturalistic
Pengukuran terkontrol dan menonjol
Subjektif
Objektif
Dekat dengan data merupakan perspektif “insider”
Jauh dari data: data merupakan perspektif “outsider”
Grounded, orientasi discoveri, eksplorasi, ekspansionis, diskriptif dan induktif
Tidak grounded, orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial, dan deduktif hipotetik
Orientasi proses
Orientasi hasil
Valid: data real, rich dan deep
Reliable: data dapat direplikasikan dan hard
Tidak dapatdigeneralisasi : studi kasus tunggal
Dapat digeneralisasi: studi multim kasus
Asumsi realitas dinamik
Asumsi realitas stabil

Sumber: Arifin 1989
Metode penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran. Prosedur kerja mencari kebenaran sebagai filsafat dikenal sebagai epistemology. Kualitas kebenaran yang diperoleh dalam berilmu pengetahuan terkait langsung dengan kualitas prosedur kerjanya. Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang dilakukan oleh penelitidengan menggunakan aturan-aturan baku (sistem dan metode) dari masing-masing disiplin ilmu yang digunakan. Penggunaan aturan yang sudah dibakukan dalam penelitian akan sangat  membantu dalam pengorganisasian informasi-informasi yang didapat dan dikelompokkan pada masing-masing kepentingan dari objek sasaran penelitian. Dengan penempatan objek-objek penelitian akan memudahkan untuk menindaklanjuti hal-hal baru/prinsip-prinsip yang di dapat dari penelitian tersebut.
Karaktristik penelitian kualitatif menurut aksiomanya :
1.      Realitas bersifat ganda hanya dapat dikaji secara holistic
2.      Antara peneliti dan yang diteliti saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain
3.      Berkaitan dengan sifat pengetahuan (body of knowledge), hanya pernyataan idiografik, yaitu menyangkut konteks dan waktu tertentu dapat dikembangkan.
4.      Fenomena yang ada dalam masyarakat saling mempengaruhi oleh karena itu tidak muudah membedakan mana sebab mana akibat.
5.      Bersifat tidak bebas nilai (value bounded).
Karakteristik penelitian kuantitatif,  berdasarkan asumsinya:
1.      Penelitian kuantitatif merupakan penelitian eksperimen, yaitu suatu penelitian yang member perlakuan berbeda pada kelompok yang berbeda. Penelitian non eksperimen yaitu penelitian yang tidak melakukan manipulasi dan control, dalam arti subjek diobservasi apa adanya kemudian hubungan antar variable diuji tanpa mengadakan perubahan apapun.
2.      Penelitian kuantitatif mengilustrasikan objektifitas, yaitu suatu aspek metodologis dalam ilmu pengetahuan yang memungjinkan seorang peneliti menguji gagasanya “diluar’ subjek yang diteliti.
3.      Dalam penelitian ini digunakan analisis statistic, seperti rerata, frekuensi, korelasi, uji beda dan sebagainya.
4.      Dalam penelitian kuantitatif, maslah, hubungan dan metodologinnya sederhana dan jelas.
Pada dasarnya penelitian kualitatif maupun kuantitatif sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan. Penelitian kualitatif umumnya memiliki ciri-ciri sebagai upaya untuk memperoleh pengertian mendalam mengenai arti, definisi situasi  yang disajikan informan. Metode kualitatif memungkinkan informan memunculkan konsep baru yang berasal dari informan itu sendiri yang tidak terikat pada pola-pola pikir peneliti yang ditentukan terlebih dahulu.   Sementara cirri kuantitatif mengukur perilaku yang dilihatdengan jelas (overt behavior). Bisa mendeskripsikan dengna baik data tertentu misalnya jumlah orang dll.memungkinkan mendeskripsi perbandingan atau replikasi reliability dan validity dapat ditentukan lebih objektif dari pada kualitatif. Secara akademis bisa mengumpulkan data dengan pembuktian statistic.
Kelemahan penelitian kualitatif:
1.      Apabila menggunakan perspektif structural dan historis perlu  metode yang agak rumit, intervensi peneliti akan berpengaruh terhadap diri responden
2.      Penelitidapat memberikan pestruktur arah penyelidikan dengan kerangka pikirnya sendiri,sehingga kesempatan responden untuk menyampaikan pendapat terbatas
3.      Realiability dan validity kurang dapat ditentukan secara objektif
Kelemahan penelitian kuantitatif:
1.      Ketidakmampuan untuk menentukan makna dan penjelasan yang lebih mendalam mengenai suatu fenomena. Khususnya bila menyangkut factor-faktor psikologis seperti afektif, kognitif, penelitian kuantitatif sangat terbatas untuk mampu menjelaskan secara mendalam
2.      Penelitian kuantitatif karena adanya tendensi memotret sesaat ‘snapshot” dari suatu situasi, yang mengukur variable pada waktu spesifik tertentu.
Dalam sosiologi terdapat beberapa ragam paradigma antara lain, positivis, postpositivis, kritis dan konstruktivis. Masing-masing paradigm memiliki tradisi dan perspetif teoritis tersendiri. Karenanya sebuah paradigm akan memandu seorang peneliti dalam upaya penyelidikan. Peran penting memahami paradigm diperlukan agar peneliti bisa membedakan ragam paradigm beserta sifat-sifatnya, tradisi perspektifnya sehingga harapannya bisa konsisten menggunakan satu paradigm dan tidak overlapping dengan paradigm yang lain. Hal ini penting karena secara asumsi, nilai-nilai yang mendasari sebuah paradigm berbeda sastu sama lain.

RUMUSAN  MASALAH;
Untuk mendapatkan pemahaman mengenai ragam paradigm dalam penelitian sosiologi, maka tulisan ini mengajukan rumusan masalah berkaitan dengan ragam paradigm, tradisi metodologi dan tradisi teoritis dalam penelitian sosiologi.  Ketiganya penting karena merupakan unsure yang saling terkait dan memiliki hubungan konsistensi yang bisa digunakan dalam penelitian sosiologi.
Adapun  rumusan masalah tulisan ini adalah;
1.      Apa dan bagaimana ragam paradigm dalam penelitian sosiologi?
2.      Apa dan bagaimana tradisi metodologi dalam penelitian sosiologi?
3.      Apa dan bagaimana tradisi teoritis dalam penelitian sosiologi?
4.      Bagaimana penerapan ketiga unsure tersebut (paradigm, tradisi teoritis dan tradisi metodologi) dalam penelitian sosiologi.

 RUMUSAN TUJUAN;
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menunjukkan peran penting pemahaman ragam paradigm dalam penelitian sosiologi. Tujuan khususnya adalah;
1.      Mengetahui macam dan  ragam paradigm dalam sosiologi
2.      Mengetahui macam dan ragam tradisi metodologi dalam penelitian sosiologi
3.      Mengetahui macam dan ragam tradisi teoritis dalam penelitian sosiologi
4.      Menerapkan  unsure paradigm, tradisi teoritis dan tradisi metodologi dalam sebuah penelitian sosiologi



KERANGKA TEORITIK:
a.      Pradigma
Sebuah paradigm dipandang sebagai sekumpulan kepercayaan dasar (metafisika) yang berurusan dengan prinsip-prinsip puncak atau pertama. Paradigm mewakili pandangan dunia yang menentukan, bagi pemakainya, sifat “dunia” tempat individu didalamnya, dan rentang hubungan yang dimungkinkan dengan dunia tersebut dan bagian-bagiannya.
Bagi para peneliti paradigm penelitian memberikan penjelasan tentang apa yang hendak mereka lakukan, dan apa saja yang termasuk di dalam dan di luar batas-batas penelitian yang sah. Kepercayaan dasar yang menentukan berbagai paradigm tertentu untuk menjawab tiga pertanyaan fundamental, yang saling berkaitan erat sedemikian rupa sehingga jawaban yang diberikan untuk satu pertanyaan, apa pun susunannya, memaksa pola jawaban bagi dua pertanyaan lainnya. Tiga pertanyaan tersebut adalah: pertanyaan ontologis, pertanyaan epistimologis dan pertanyaan metodologis.
Pertanyaan ontologis pada dasarnya mempertanyaan apa bentuk dan sifat realitas. Pertanyaan epistimologis mempertanyakan apakah sifat yang terjalin antara yang mengetahui/calon yang mengetahui dengan sesuatu yang dapat diketahui. Pertanyaan metodologis berkaitan dengan apa cara yang ditempuh peneliti (calon yang akan mengetahui), untuk menemukan apapun yang ia percaya dapat diketahui.
 Oleh Guba dan Lincoln, tiga pertanyaan ini berperan sebagai focus utama yang menjadi sumber analisis terhadap keempat paradigm; positivistic, pospositivistik, kritis dan konstruktivistik.




Kepercayaan dasar dari Paradigma-paradigma penelitian alternatif

Komponen
Positivis
Postpositivis
Kritis
Konstruktivis
Ontologi
Realism naïf-realisme “nyata” namun bisa difahami
Realime kritis- realitas”nyata”namun hanya bisa difahami secara tidak sempurna dan secara probabilistik
Realism historis-realitas maya yang dibentuk oleh nilai-nilai social, politik, ekonomi, etnik dan gender mengkristal seiring perjalanan waktu
Relativisme-realitas yang dikonstruksikan secara local dan spesifik
Epistemologi
Dualis/objektivis;temuan yang benar
Dualis/objektivis yang dimodifikasi; tradisi/komunitas kritis, temuan-temuan yang mungkin benar
Transaksional/subjektivis, temuan-temuan yang diperantarai oleh nilai-nilai
Transaksional/subjektivis, temuan-temuan yang diciptakan  
Metodologi (axiologi)
Eksperimental/manipulative; verifikasi hipotesis, terutama metode-metode kuantitatif
Eksperimental/manipulative yang dimodifikasi; keragaman kritis, falsifikasi hipotetis; bisa jadi meliputi metode kualitatif
Dialogis/dialektis
Hermeunitis/ dialektis


b.      Teorisasi Sosiologi Colins Dan Turner
Teorisasi Collins
Collins memetakan teori sosiologi ke dalam empat tradisi, yakni tradisi konflik, rasional/utilitarian, Durkheimian, dan mikrointeraksionis dalam bukunya yang berjudul ”Four Sociological Traditions”,.  Tradisi konflik terdiri dari penganut Marxian dan Weberian antara lain Karl Marx, Marx Weber, dan Friedrich Angels. Tradisi rasional/utilitarian berangkat dari teori rasionalitas dan sangat dekat kelompok utilitarian yang banyak menfokuskan pada pembahasan ekonomi, yang akhir-akhir ini dikenal dengan teori pertukaran dan pilihan rasional. Tradisi Durkhemian berakar kuat dari pemikiran Comte dan dikembangkan dengan baik oleh Emile Durkheim melalui beberapa tulisan terkenal antara lain The Division of Labour, The Rules of Sociological Method, dan Suicide. Pemikiran Durkheim yang konsisten dan cemerlang membuat ide-idenya berkembang baik pada aras makro sosiologi bahkan bidang anthropologi. Tradisi mikrointeraksionisme berasal dari pemikiran Charles Sanders Peirce dan dikembangkan dengan baik oleh Goerge Herbert Mead, Cooley, Blumer, Schutz, Garfinkel, dan Goffman. Untuk memudahkan memahami berbagai tradisi sosiologi menurut Collins dapat dilihat pada table berikut:

No.
Tradisi Konflik
Tradisi rasional/utilitarian
Tradisi Durkheimian
Tradisi Mikrointeraksionis
Subtansi materi
Perbedaan sumber daya menyebabkan konflik kepentingan antara buruh dan pemilik perusahaan (pemodal)
Individu dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan, individu sebagai actor sebagai focus teori pilihan rasional. Actor dipandang sarat dengan tujuan. Dua elemen kunci  yaitu: actor dan sumber daya
Dua sayap dalam tradisi durkheimian: aras makro menyangkut struktur social mayarakat dan aras mikro antropologi social. Tekanan pada mekanisme ritual social kelompok yang menghasilkan solidaritas
Manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kapasitas memikirkan dan menentukan tatanan sosialnya.
Tokoh pemikir
Engels dan Marx
James Coleman, G. Homans, P. Blau
Emile Durkheim
C.H. Cooley, WI Thomas, GH Mead
Teori turunan
Kelas social, ideology, konflik politik, revolusi, stratifikasi berdasar sex (Marx, Engels), teori stratifikasi multi dimensi (M Weber), organisasi sebagai alat perjuangan kelas (Weber, Marx), kelas, budaya kelas, dan ketidak setaraan (inequality): teori konflik, mobilisasi kelas dan konflik politik, konflik kelas, munculnya negara modern, gerakan social
Teori permainan, pertukaran, keadilan, solidaritas, demokrasi ekonomi. Kontrak social, kepemilikan privat dan public, asosiasi gagasan;simpati moral (Smith), etika utilitarian, kontrak social dalam perkawinan, teori pasar sosiologis, teori rasional untuk solidaritas, prisoner dilemma (dilemma penjara), teori rasional Negara. Teori responsibilitas individu dalam hubungan dengan tindakan kolektif/utilitarian interest (Coleman)
Makro dan mikro: mengembangkan teori pertukaran (Durkheim, bersama Mauss, Claude Levi strauss), teori modal budaya (Durkheim bersama Bourdieu), teori interaksi ritual (Durkheim), jaringan pertukaran ritual, pertukaran social berbasis religi, sistem stratifikasi dan distribusi berdasarkan kepercayaan (Weber), ritual interaksi (Strauss),
Makro: teori pembagian kerja dan struktur social (Durkheim), teori fungsional (Merton, Parson), struktur masyarakat dan ritual, pembagian kerja dan struktur social, perkembangan masyarakat (Comte), evolusi bersamaanatar organism biologi dan masyarakat (Spencer).
Mikro: budaya, ritual, dan struktur social, sentiment moral, religi, moralitas dan symbol, ritual interaksi dan budaya kelas (Goffman) teori ritual dan stratifikasi (Bernstein, Douglas, Collins).
Teori interaksionisme simbolik (Blumer), teori penyimpangan, okupasi dan profesi (Hughes), teori peran, fenomenologi, ethnomethodologi, (Garfinkel), masyarakat ada dalam pikiran (Cooley), interaksi individu didasarkan atas rasional dan natural (Tonnies), sociology of thinking/self and the body (Mead), interaksionisme simbolik, sosial order (Blumer), sosiologi kesadara (Burger) sosiologi bahasa dan kognisi/dramaturgical (Erving Goffman)


Teorisasi Turner
Dalam bukunya the structure of sociological theory, Jonathan H. Turner memetakan teori sosiologi menjadi tujuh bagian yaitu: teori fungsional, teori evolusi, teori konflik, teori pertukaran, teori interaksionisme simbolik, teori strukturalis, dan teori kritis. Kesemuanya di bahas berdasarkan perspektif teoritis, substansi materi dan pemikir serta pendekatan yang dikembangkan. Selain itu turunan teori juga disajikan dalam buku ini. Untuk memudahkan memahami teorisasi Turner maka disajikan dalam table berikut ini:

No.
Perspektif 
Subtansi materi
Pemikir dan pendekatan yang dikembangkan
1.
Teori evolusi/bio evolusi
Perspektif teori evolusi biologi diadopsi dalam melihat perkembangan masyarakat. Evolusi dalam biologi diawali dari upaya melepaskan diri dari tipe aslinya dengan kecenderungan melakukan kawin silang.  Perubahan terjadi karena proses adaptasi  dan diturunkan ke generasi berikutnya.
1.H. Spencer
Teori Evolusi; evolusi masyarakat terjadi karena adanya penggabungan individu-individu, ada 4 tahap evolusi: pertumbuhan, kompleksitas, pembagian, pengintegrasian
2.E. Durkheim
Perkembangan struktur masyarakat dari solidaritas mekanik ke solidaritas organis, karena pertumbuhan dalam pembagian kerja
3.C.Darwin
Organism yang sempurna merupakan hasil dari proses adaptasi, perubahan, dan evolusi. Konsep struggle for life, survival of the fittest, natural selection, progress  digunakan untuk proses evolusi.
4.Lenski, kelestarian, inovasi dan kepunahan adalah aspek dasar dalam evolusi.
2.
Fungsionalis:
Masyarakat sebuah organism social yang mempunyai fungsi-fungsi tidak terpisah
Masyarakat seperti sebuah organism biologis (H. Spencer), dipandang sebagai entitas dimana bagian-bagian sistem itu (sub sistem) memenuhi kebutuhan dasar sistem keseluruhan(E.Durkheim), ada sesuai kondisi eksistensi (Radclif Brown), tiga sistem : biologi, struktur social, dan simbolik (Malinowski), tindakan social (M Weber), masyarakat sebagai sistem social (Talcott Parson)
Parson; analytical teori: sistem social bekerja karena empat subsistem (AGIL),  dengan teori sibernetika.
Robert K Merton; middle range theory: mengkritik Parson, setiap unit berfungsi terhadap terhadap sistem sosialnya bisa berfungsi untuk seseorang tetapi belum tentu berfungsi untuk orang lain.
3.
Konflik:
Asumsi perspektif ini; setiap subsistem dalam struktur social memberikan sumbangan terjadinya disintegrai atau konflik
Perjuangan kelas merupakan pembentuk sejarah masyarakat (Marx), perbedaan distribusi kekuasaan menjadi factor penentu konflik social sistematis (Dahrendorf), konflik dan persatuan merupakan bentuk interaksi yang saling tergantung (G.Simmel)
Karl Marx: pembagian kerja memunculkan kelas yang bertentangan, prletar dan borjuis. Ini dikritik oleh Dahrendorf pembentukan kelas hanya relevan untuk tahap awal kapitalisme, tidak untuk masyarakat industry post kapitalis. Masyarakat meiliki dua wajah yaitu konflik dan consensus yang saling melengkapi. G.Simmel; pentingnya memahami unsure konformitas normative dalam analisa interaksi social, di satu sisi dihasilkan oleh ikatan emosional yang kuat dengan kelompoknya atau karena ketakutan akan hukuman.
4.
Interaksionis simbolik:
Focus utamanya, kapasitas mental actor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi. Actor dipaksa oleh keadaan psikollogis internal atau kekuatan struktural
Subjectmatter sosiologi adalah interaksi para actor yang terorganisir dan terpola di dalam berbagai situasi-situasi social. Realitas social  merupakan proses, manusia atau aturan social berada dalam proses tersebut (GH Mead), interaksi manusia ditentukan oleh pemaknaan symbol-simbol (H Blumer), tindakan atau penampilan rutin para actor (performance) dan orang lain yang terlibat (pengamat) dalam interaksi sebagai pola tindakan yangberulanng pada kesempatan yang lain(E.Goffman)
H Mead: manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur/situasi objektif, tetapi oleh factor-faktor bebas. Orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain tetapi juga dengan dirinya sendiri. Blumer: struktur social merupakan hasil interaksi. Seseorang tidak langsung merespontindakan orang lain, tetapi didasari pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. Goffman: menggunakan analogi drama/teater dalam menjelaskan tindakan manusia disebut dramaturgi.
5.
Pertukaran (Exchange):
Interaksi social mirip pertukaran ekonomi tetapi tidak selalu diukur dengan uang
Pertukaran merupakan dasar dari sebagian besar hubungan social, namun terdapat perbedaan mendasar di antara pertukaran seperti dalam hubungan individu dan hubungan pada organisasi yang kompleks (P.Blau), orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman (G.C Homans)
Homans: Individualistik behavioris; mengkritik kelemahan teori fungsionalist yang hanya terfokus pada organisasi atau struktur dan mengabaikan studi individu. Individu hanya dianggap sebagai oranng yang menempati status atau posisi dan sebagai pelaksana peran. Peter. Blau: collectivist structuralist; mengkritik kecenderun
6.
Strukturalis
Fenomena social (pertukaran kata-kata) sebagai sistem komunikasi dapat dikaji dengan penggunaan antropologi struktur (Levi Strauss). Struktur bukanlah sebuah realitas yang terlihat secara langsung, tetapi realitas ada di luarhubungan yang tampak antara manusia. Logika yang mendasari sistem memusatkan perhatian pada struktur atau sistem yang saling mempengaruhi (Marx). Asa usul struktur karena keinginan untuk memperoleh ganjaran social merupakan sesuatu bersifat given (Blau).
Levi strauss: mengembangkan karya Saussure tentang bahasa ke masalah antropologi. Pengembangan yang paling penting adalah kemampuannya mengkonseptualisasi ulang fenomena social menjadi sistem komunikasi. Marx: strukturalisme harus memusatkan perhatian pada struktur atau sistem yang terbentuk dari hubungan social yang saling mempengaruhi atau struktur yang mendasari masyarakat. Blau: collectivist structuralist, mengkritik kecenderungan reduksionis Homans. Tidak bisa melakukan generalisasi dari studi social mikro ke dunia social makro atau organisasi kompleks. Sruktur mikro terdiri dari individu yang berinteraksi dan struktur makro terdiri dari kelompok yang saling berhubungan.
7.
Teori Kritis












Dikemukakan oleh ilmuwan Frankfrut school, mengkritik segala hal dalam masyarakat. Kritik terhadap ilmu social yang dianggap tidak bersifat objektif, para ilmuwan social  dalam karyanya dan secara khusus mengkritik sosiologi karena terlalu sibuk menemukan metode-metode ilmiah tapi kurang memperhatikan nasib banyak orang di dalam masyarakat. Mengkritik masyarakat modern yaitu terlalu rasional, perkembangan kebudayaan yang menindas, perkembangan teknologi mengontrol individu dari luar.
1.George Lucas: reifikasi dan kesadaran kelas. Memperhatikan hubungan dialektika antara struktur terutama ekonomi kapitalisme, sistem gagasan (teruutama kesadaran kelas, pemikiran individual, dan akhirnya tindakan individual.
2.Marx Horkheimer dan T Adorno;
3.Gramsci: mengecam marxis di sebut deterministic, fatalistic dan mekanistik. Konsep hegemoni: kepemimpinan cultural yang dilaksanakan oleh penguasa
4.Althusser
5.Juergen Habermas: hubungan antara ilmu pengetahuan dan kepentingan manusia. Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu analitik atau sistem scientific yang positivistic klasik, ilmu humanistic, dan ilmu pengetahuan kritis. Jenis ilmu pengetahuan terakhir adalah ilmu tentang emansipasi manusia. Konsep lainnya yaitu ruang dan waktu.

PEMBAHASAN:
Berbagai paradigm bagi peneliti memberikan penjelasan tentang apa yang hendak mereka lakukan, dan apa saja yang masuk dalam dan di luar batas-batas penelitian yang sah. Kepercayaan dasar yang menentukan berbagai paradigm penelitian dapat diringkas berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh para penganut sebuah paradigm tertentu untuk menjawab tiga pertanyaan fundamental, yang saling berkaitan erat sedemikian rupa sehingga jawaban yang diberikan untuk satu pertanyaan, apa pun susunannya memaksa pola jawaban bagi dua pertanyaan lainnya. Pertanyaan tersebut adalah; pertanyaan ontologism, epistemologis dan metodologis. Setidaknya terdapat empat paradigm utama menurut Guba dan Lincoln yakni; positivism, post positivism, teori kritis dan konstruktivisme.
Perbedaan dalam berbagai asumsi paradigm menimbulkan konsekuensi penting terhadap pelaksanaan praktis penelitian, demikian juga terhadap interpretasi temuan penelitian dan pilihan kebijakan. Guba dan Lincoln mengemukakan empat paradigm yang bersesuaian dengan sepuluh masalah sebagai implikasi utama paradigm penelitian sebagai berikut:

Masalah
Positivism
Post positivism
Teori kritis
konstruktivisme
Tujuan penelitian
Penjelasan prediksi dan kontrol
Penjelasan prediksi dan kontrol
Kritik dan transformasi pemulihan dan emansipasi
Pemahaman: rekonstruksi
Sifat ilmu pengetahuan
Hipotesis yang shahih dikembangkan menjadi fakta atau hukum
Hipotesis yang tak dapat difalsifikasi yang berpeluang menjadi fakta atau hukum
Wawasan structural/historis
Berbagai rekonstruksi individual bersatu membentuk consensus
Akumulasi pengetahuan
Pertambahan-bahan pembangunan yang menyempurnakan bangunan pengetahuan generalisasi dan hubungan sebab akibat
Pertambahan-bahan pembangunan yang menyempurnakan bangunan pengetahuan generalisasi dan hubungan sebab akibat
Revisionism historis generalisasi melaluisimilaritas
Rekonstruksi yang lebih matang dan canggih pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri
Criteria baik buruknya atau kualitas
Keketatan sebagai standar konvensional: validitas internal dan eksternal, reliabilitas dan objektivitas
Keketatan sebagai standar konvensional: validitas internal dan eksternal, reliabilitas dan objektivitas
Keterposisian historis; lenyapnya ketidaktahuan stimulus tindakan
Layak dipercaya dan keotentikan serta kesalahpahaman
Nilai
Tidak tercakup-pengaruh ditolak
Tidak tercakup-pengaruh ditolak
Tercakup berciri formatif
Tidak tercakup-pengaruh ditolak
Etika
Ekstrinsik cenderung menipu
Ekstrinsik cenderung menipu
Intrinsik; kecondongan moral kearah ilham (bimbingan ghaib)
Intrinstik: proses yangcondong ke arah penyingkapan rahasia persoalan-persoalan khusus
Suara
Ilmuwan yang tak memihak sebagai penasihat pembuat kebijakan, pembuat kebijakan  dan pelaku perubahan
Ilmuwan yang tak memihak sebagai penasihat pembuat kebijakan, pembuat kebijakan  dan pelaku perubahan
Intelektual transformative sebagai pembelamdan aktivis
Partisipan yang penuh empati dan gairah sebagai fasilitator bagi rekonstruksi multi pesan
Pelatihan
Teknis dan kuantitatif; teori-teori substansif
Teknis; kuantitatif dan kualitatif, teori-teori substantif
Sosialisasi ulang kuantitatif dan kualitatif; sejarah, altruism dan pemberdayaan
Sosialisasi ulang kuantitatif dan kualitatif; sejarah, altruism dan pemberdayaan
Akomodasi
Sepadan
Sepadan
Tidak sepadan
Tidak sepadan
Hegemoni
Pengatur publikasi, pendanaan, promosi dan jabatan
Pengatur publikasi, pendanaan, promosi dan jabatan
Mencari pengakuan dan masukan
Mencari pengakuan dan masukan







Analisis teori sosiologi pada disertasi SPD tahun 2007

 NO.
Nama Mahasiswa
Judul Disertasi, Tahun
Tradisi
Perspektif
1
Zusmelia
Ketahanan (persistence) pasar nagari Minangkabau kasus pasar kayu manis (cassiavera) di Kabupaten Tanah Datar dan Agam Sumatera Barat. 2007
Rasional/ utilitarian
Pertukaran :
Tindakan actor
Rasionalitas
Ekonomi moral
Ekonomi rasional



Realitasnya apa;
a.       Peningkatan produksi kayu manis dicanangkan pemerintah  tetapi harga di tingkat petani rendah
b.      Masalah pola dan saluran pemasaran mempengaruhi pendapatan petani
c.       Kelembagaan local  terutama pasar nagari dan pasar lelang local tidak mampu meningkatkan pendapatan di tingkat petani produsen

Bagaimana cara pandang terhadap realitas
a.       Siapa actor yang bermain di pasar nagari kaususnya kayu manis
b.      Pola perilaku actor dalam melakukan tindakan ekonomi terutama bagaimana ekonomi moral dan ekonomi rasional dalam proses adaptasi dengan lingkungan sosialnya
c.       Bagaimana pemasaran kayu manis dan jaringan social personal terbentuk di dalamnya
d.      Bagaimana proses pembentukan harga di pasar menyangkut perjuangan dan kompetisi yang terjadi anatar actor yang terlibat
e.       Bagaimana interelasi pasar di tingkat supra local kaitannya dengan pembentukan harga dan bagaimana kekuatan politik  kekuasaan memainkan peran
Bagaimana menangkap realitas di lapangan
a.       Melalui multi metode: metode sejarah, metode fenomenologi, metode interpretif hermeunitik
b.      Strategi studi kasus dan pengamatan peran serta
Paradigm keilmuwan:
Pertukaran social  aras makroskopik dicoba disatukan dengan paradigm fakta soial (Blau)
Pertukaran social di aras mikroskopik menyatukan prinsip psikologi behavioral (Homans)
Mazhab :  teori Pertukaran
Berdasarkan paradigm dan metodologi penelitian (Denzin dan Guba)  maka disertasi tersebut mengikuti bagan berikut:

Tradisi metodologi empiris

Tradisi sosiologis (teoritik) Collins

Durkheimian
Konflik
Mikro interaksi
Rasional/utilitarian
Positivism
Eksperimen




Analisis data kuantitatif




Uji hipotesis




Survey+sampling acak




Wawancara (kuesioner)




Post positivism
Studi kasus (pusposive sampling)




Falsifikasi hipotesis




Grounded research




Metode triangulasi





Analisis data kuantitatif dan kualitatif




konstruktivisme
Hermeneutical dan dialektikal



ü 
Wawancara mendalam



ü 
Analisis data kualitatif



ü 
Studi kasus (purposive sampling)



ü 
Pengamatan



ü 
Teori kritis
Dialogis dan dialektik




Wawancara mendalam




Analisis data kualitatif




Studi kasus (purposive sampling)




FGD




Partisipatoris
Kesadaran untuk perubahan social




Peneliti bersama tineliti




Analisis data kualitatif




FGD






Kritik terhadap disertasi :

a.      Aspek teoritis

Secara teoritis:
Tampaknya penulis hendak melihat ketahanan pasar nagari minangkabau dengan memfokuskan pada teori pertukaran social, lebih khusus pada tindakan ekonomi moral atau rasional. Di sini konsep pertukaran Hamans, Peter Blau digunakan serta tindakan individu beorientasi moral dan rasional Max Weber juga di gunakan. Tetapi jika dilihat dari rumusan masalah tampaknya terjadi ketidak konsistenan peneliti dimana permasalahan bukan hanya pada proses pertukaran dan orientasi tindakan individu yang berinteraksi tetapi meluas pada; bentuk perjuangan dan kompetisi yang terjadi diantara para actor yang bermain dalam pasar. Hal ini yang sulit dilihat dan dianalisis jika hanya dengan menggunakan teori pertukaran dan tindakan moral/rasional. Perjuangan dan kompetisi memerlukan penjelas teori konflik baik yang structural maupun antar individu. Di tambah lagi permasalahan melihat interrelasi pasar di tingkat local dan supra local yang jelas jika hanya dilihat dengan pertukaran akan sangat timpang karena di sini menyangkut kekuatan yang  berbeda antara petani kayu manis, pengusaha, pemerintah dan ideology dominan supralokal. Tentunya akan sangat terbatas analisis dan interpretasi jika hanya dengan pertukaran. Jelas akan secara mudah terlihat ketimpangan relasi social antara actor, tetapi dalam kerangka teori tidak ada menyebutkan hubungan relasional dan konsekuensi relasi tersebut. 

b.      Aspek metodologis;
Dari aspek metodologis peneliti memilih menggunakan paradigm konstruktivisme dengan menggunakan metode multi method. Metode yang digunakan antara lain metode sejarah, fenomenologi dan interpretive hermeunitik. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan peran serta (participant observer) dan wawancara tidak terstruktur. Secara metodologis sebetulnya lebih tepat menggunakan paradigm penelitian teori kritis. Hal ini terkait dengan kesesuaian paradigm dengan sepuluh masalah yang merupakan implikasi penerapan paradigm. Pada kasus ini paradigm  teori kritis lebih tepat.

KESIMPULAN MERUJUK PADA TUJUAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari tulisan ini adalah bahwa sebuah penelitian membutuhkan pemahaman paradigm penelitian sebagai arah untuk proses penelitian menuju hasil. Hal ini penting karena setiap paradigm memiliki syarat dan tradisi tersendiri yang berbeda satu sama lain dari aspek nilai-nilai fundamental yang mendasarinya dan juga implikasi metodologi penelitiannya. Contoh disertasi dia tas menunjukkan adanya ketidak konsistenan dari rumusan masalah, dan kerangka teori yang berkonsekuensi pada ketetpatan pemilihan paradigm penelitian. Hemat penulis akan lebih bagus dan menarik ketika ketahanan pasar nagari dilihat dari paradigm teori kritis sehingga bisa lebih menggambarkan relasi actor dan kekuatan supralokal yang memasuki pasar nagari.

DAFTAR PUSTAKA
Collins, R., Four Sociological Traditions. New York dan Oxford: Oxford University Press, 1994

Turner, J.H., The Structure of Sociological Theory, Belmont, CA: Wadsworth Publising Company, 1998

Guba, NK. Lincoln, YS,. Handbook of Qualitative Research, 2000

No comments:

Post a Comment