Thursday, February 2, 2012

peran media

Peran media Koran dalam pemberitaan pemilu 2004
                                          Yunindyawati*
(diterbitkan dalam jurnal media sosiologi)
Abstrak
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu perwujudan keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik sebuah negara yang demokratis. Melalui pemilihan umum, rakyat secara bebas dan langsung mengekspresikan sikap dan pilihan politik mereka akan pemimpin atau pemerintahan yang mereka inginkan. Selama ini Indonesia telah menyelenggarakan lebih dari sepuluh kali pemilihan umum. Ini artinya rakyat telah mengalami ikut memilih, lebih dari sepuluh kali dan telah terjadi beberapa pergantian pemerintahan melalui mekanisme ini. Media massa dalam negara demokrasi mempunyai sejumlah fungsi, antara lain memberi informasi dan mendidik. Untuk mengambil keputusan yang arif tentang kebijakan umum, warga masyarakat memerlukan informasi yang tepat aktual dan tidak berprasangka. Media massa juga bertindak sebagai watch dog terhadap tindakan pemerintah dan lembaga-lembaga kuat lainnya dalam masyarakat. Dengan bertumpu pada standar kebebasan dan obyektifitas-sekalipun tak sempurna- media massa dapat menonjolkan kebenaran dibalik klaim pemerintah, dan membuat pejabat pemerintah bertanggung jawab atas tindakan mereka. Namun tidak semua media massa mampu melaksanakan fungsi-fungsi itu secara sempurna. Pekerja media mungkin menganut standar obyektivitas  orang-orang dan perusahaan tempat mereka bekerja. Berita itu dapat sensasional, dangkal, memaksa, tidak tepat, bahkan dibesar-besarkan.

Kata kunci; peran, media Koran, pemberitaan, pemilu











A. Pendahuluan


Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu perwujudan keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik sebuah negara yang demokratis. Melalui pemilihan umum, rakyat secara bebas dan langsung mengekspresikan sikap dan pilihan politik mereka akan pemimpin atau pemerintahan yang mereka inginkan. Selama ini Indonesia telah menyelenggarakan lebih dari sepuluh kali pemilihan umum. Ini artinya rakyat telah mengalami ikut memilih, lebih dari sepuluh kali dan telah terjadi beberapa pergantian pemerintahan melalui mekanisme ini.
Pengalaman pemilu yang panjang ini telah memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, pemilu merupakan sarana untuk mendapatkan dukungan rakyat bagi sebuah pemerintahan. Kedua, pergantian pemerintahan, meskipun dilaksanakan lewat pemilu, jika terjadi teralu sering dalam waktu yang terlalu singkat dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.  Ketiga, pemilu dapat dipergunakan sebagai sebuah cara untuk mempertahankan kekuasaan oleh sebuah rezim.[1]
Pers sebagai media informasi berperan ikut menginformasikan jalannya pemilu rakyat 2004.  Momentum pemilu dapat menjadi sekuen penting bagi media teks terutama koran untuk menciptakan berita-berita pemilu yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik minat pembaca. Ditambah lagi, pemilu 2004 ini akan memilih wakil-wakil rakyat dan wakil-wakil daerah yang akan duduk dalam lembaga perwakilan sekaligus memilih kepala negara dan pemerintahan. Dengan demikian, pemilu 2004 akan memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD serta memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Di era globalisasi, industri pers akan mengolah isu-isu semacam pemilu sebagai komoditi. Karenanya dalam memberitakan sebuah berita/peristiwa, media dalam hal ini koran telah memiliki orientasi tertentu. Orientasi tersebut akan termanifestasi dalam perilaku media/koran.
Perilaku media ini akan sangat menarik untuk diteliti karena sebenarnya isi sebuah media (perilaku media) dapat dijelaskan  dengan tiga pendekatan. Pertama, pendekatan politik-ekonomi (the Political-Economy Approach). Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor inilah yang menentukan peristiwa yang ditampilkan dalam pemberitaan serta ke arah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media diarahkan. Kedua,  pendekatan organisasi (Organisational Approach). Pendekatan organisasi melihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan dan produksi berita.  Praktik kerja, profesionalisme, dan tata aturan yang ada dalam ruang organisasi adalah unsur-unsur dinamik yang mempengaruhi pemberitaan. Ketiga, pendekatan kulturalis (Culturalist Approach). Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatn ekonomi politik dan pendekatan organisasi. Proses produksi berita disini dilihat sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media (rutinitas organisasi media) sekaligus juga faktor ekternal di luar diri media (kekuatan ekonomi politik).[2]
Wacana berita/pemberitaan pemilu 2004 menarik untuk diteliti karena berita sebuah media berisi muatan ide dan informasi yang memiliki kecenderungan tertentu.  Kecenderungan tersebut akan terlihat antara lain dari; bagaimana media menempatkan berita tentang pemilu, pemilihan nara sumber, muatan berita serta ada tidaknya unsur hegemoni berita.
Oleh karena itu, penelitian ini berupaya melihat bagaimana wacana pemilu 20004 dimuat dalam koran Sumatera Ekspres.  Dalam hal ini dipilih koran Sumatera Ekspres dengan pertimbangan koran Sumatera Ekspres merupakan koran lokal yang memiliki pangsa pasar cukup banyak di Palembang.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan
manfaat praktis. Secara teoritis diharapkan menambah pengetahuan dan wacana tentang analisis wacana terhadap sebuah media, khususnya media cetak/koran, dalam pemberitaan pemilu 2004. Dan manfaat praktisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak media untuk tetap bisa menjaga netralitas dan objektivitas sebuah berita.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengetahui bagaimana koran Sumatera Ekspres memberitakan tentang pemilu 2004. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam hal ini digunakan teknik analisis wacana dengan memakai model yang dikemukakan Van Dijk.
Sampel diambil secara purposive yaitu berita tentang Pemilu legislatif 2004 yang dibuat dalam koran lokal di Palembang. Dalam hal ini dipilih koran Sumatera Ekspres dengan asumsi koran ini memiliki pangsa pasar cukup luas dan banyak.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari koran Sumatera Ekspres, berupa berita-berita tentang Pemilu 2004 sebulan sebelum pelaksanaan pemilu (pada masa kampanye) dan sebulan setelah pelaksanaan pemilu. Berita yang dijadikan sampel dipilih secara acak dengan metode systematic sampling. Secara acak diambil 10 koran sebelum pelaksanaan pemilu legislatif dan 10 hari setelah pelaksanaan pemilu legislatif. Sedangkan data sekunder dimanfaatkan untuk menunjang data primer.
B.   Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mulai dilakukan selama pengumpulan data berlangsung, tetapi proses analisis yang intensif dilakukan sesudah pengumpulan data selesai. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding, berdasarkan teknik analisis  wacana. 
Setelah data terkumpul akan dianalisis dengan cara mapping data yang didapat diorganisasikan kedalam pola, kategori, satuan uraian sehingga didapatkan suatu tema yang akan menghasilkan suatu rumusan. Langkah selanjutnya menghubungkan hasil kategori/klasifikasi yang telah didapat dengan referensi ilmiah atau teori yang berkaitan dan berlaku serta mencari sifat-sifat kategori.
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu perwujudan keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik sebuah negara yang demokratis. Melalui pemilihan umum, rakyat secara bebas dan langsung mengekspresikan sikap dan pilihan politik mereka akan pemimpin atau pemerintahan yang mereka inginkan. Selama ini Indonesia telah menyelenggarakan lebih dari sepuluh kali pemilihan umum. Ini artinya rakyat telah mengalami ikut memilih, lebih dari sepuluh kali dan telah terjadi beberapa pergantian pemerintahan melalui mekanisme ini.
Media massa dalam negara demokrasi mempunyai sejumlah fungsi, antara lain memberi informasi dan mendidik. Untuk mengambil keputusan yang arif tentang kebijakan umum, warga masyarakat memerlukan informasi yang tepat aktual dan tidak berprasangka.
Media massa juga bertindak sebagai watch dog terhadap tindakan pemerintah dan lembaga-lembaga kuat lainnya dalam masyarakat. Dengan bertumpu pada standar kebebasan dan obyektifitas-sekalipun tak sempurna- media massa dapat menonjolkan kebenaran dibalik klaim pemerintah, dan membuat pejabat pemerintah bertanggung jawab atas tindakan mereka. Namun tidak semua media massa mampu melaksanakan fungsi-fungsi itu secara sempurna. Pekerja media mungkin menganut standar obyektivitas  orang-orang dan perusahaan tempat mereka bekerja. Berita itu dapat sensasional, dangkal, memaksa, tidak tepat, bahkan dibesar-besarkan (Prayitno dalam Sendi 1999).
A. PENEMPATAN BERITA
Setiap media memiliki kecenderungan tertentu dalam memberikan porsi berita. Sumatera ekspres memilih berita pemilu legislatif 2004 sebagai berita yang diletakkan di halaman Utama I, yakni sebagai berita utama dan head line. Selain itu halaman 2 (bagian dalam koran) atau disebut halaman utama III, memuat berita pemilu legislatif yang dianggap bermuatan lokal dan berita kurang sensasional. Berikut tabel tentang penempatan berita oleh koran Sumatera Ekspres;
Tabel Penempatan Berita

No
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Halaman Utama I
27
60
2
Halaman Utama II
-
0
3
Halaman Utama III
18
40

Total
45
100

Yang dimaksudkan dengan halaman utama I adalah halaman paling muka/kulit depan koran. Sementara halaman utama II adalah halaman paling belakang dari sebuah koran/halaman terakhir. Tampaknya berita pemilu legislatif 2004 menjadi prioritas utama untuk diberitakan. Hal ini tampak pada penempatan berita yang diletakkan pada halaman utama I sebanyak 60%. Sementara tidak ada satupun berita pemilu diletakkan di halaman utama II atau halaman paling akhir dari Koran. Halaman utama III, memuat sebanyak 40% dari seluruh berita pemilu legislatif yakni terletak di halaman 2 koran Sumatera Ekspres. Biasanya berita yang dimunculkan berupa kabar dari wilayah Sumsel yang berkaitan dengan pemilu. Ada juga berita berskala nasional tetapi dianggap tidak sensasional..
Bila dilihat dari status berita, ada beberapa jenis status berita antara lain, berita utama I, berita utama II, dan berita Utama III. Yang dimaksud dengan berita utama I adalah berita yang diletakkan sebagai head line dan diletakkan pada halaman pertama. Atau berita yang diletakkan paling atas dari sebuah halaman koran dan memiliki judul yang paling besar diantara judul lain. Berita utama II adalah berita yang diletakkan dengan posisi dibawah berita utama I sedangkan berita utama III adalah berita yang paling bawah setelah berita utama II.
Status berita pemilu legislatif  2004 pada koran sumatera ekspres di halaman utama I sebanyak 27 item berita dan sebanyak 18 item berita pemilu legislative diletakkan sebagai berita utama III dihalaman kedua koran sumatera ekspres.

VISUALISASI GAMBAR
Untuk mendukung prioritas/penting tidaknya sebuah berita oleh sebuah surat kabar biasanya dapat dilihat dari ditampilkan atau tidaknya visualisasi gambar. Dalam hal ini berita pemilu legislative 2004 akan dilihat dari ukuran tersebut.
Tabel Visualisasi Gambar

No
Uraian  
Jumlah
Persentase
1
Tokoh
18
76
2
Massa
2
8
3
Gambar Partai
-
0
4
Logistik Pemilu
2
8
5
Grafik Perolehan Suara
2
8

Total
40
100
Secara  umum  (76%) berita tentang pemilu legislative 2004 disertai visualisasi gambar tokoh partai dimana terdapat 18 gambar tokoh partai ditampilkan. Selain tokoh partai  visualisasi gambar berita pemilu legislative 2004 juga diwarnai dengan massa berkampanye (2 gambar) gambar logistik pemilu sebanyak 2 gambar serta gambar grafik perolehan suara sebanyak 2 gambar.
PANJANG JUDUL BERITA
Prioritas tidaknya sebuah berita dapat pula dilihat dari panjang judul yang ditampilkan. Untuk melihat penting/tidaknya sebuah berita biasanya koran memberikan porsi judul lebih panjang dan melebihi kolom beritanya sendiri untuk menonjolkan ide/maksud koran.
Dalam pemberitaan pemilu legislative 2004, tampaknya koran sumatera ekpres memberikan porsi berita pemilu secara lebih meonjol. Hal ini terbukti dengan penempatan berita sebagai head line dan diletakkan di halaman utama I. Selain itu dari 45 berita tentang pemilu legislative 2004, yang terletak di halaman utama I selalu bersambung di halaman dalam. Tapi jika berita pemilu diletakkan di halaman utama III atau pada halaman 2 koran, kebanyakan tidak bersambung.
Panjang judul  berita legislative 2004 rata-rata sesuai dengan lebar kolom berita. Terdapat 10 item berita yang mempunyai panjang judul melebihi lebar kolom dengan penambahan 1-2 kolom sebanyak 2 berita dan 8 item berita yang melebihi lebar kolom dengan penambahan 3-4 kolom. Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertegas dan menonjolkan berita yang dimuat pada hari tersebut. Kecenderungan semacam ini meerupakan bentuk keberpihakan media dalam mendukung atau sekedar menginformasikan berita. Berikut tabel tentang panjang judul berita:
Tabel Panjang judul Berita

No
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Melebihi 1-2 Kolom
2
25
2
Melebihi 3-4 Kolom
8
75

Total
10
100

KEBERSAMBUNGAN KE HALAMAN LAIN
Besarnya ruang yang diberikan untuk sebuah berita dapat pula menjadi ukuran interest tidaknya media terhadap sebuah berita. 62% berita pemilu legislative 2004 memiliki kebersambungan ke halaman lain. Sementara 38 % berita pemilu legislative 2004 tidak bersambung ke halaman lain. Biasanya berita yang tidak bersambung ini adalah berita pemilu legislative yang terletak di halaman utama III dimana merupakan berita pemilu bermuatan lokal dan berita yang dianggap tidak sensasional. Berikut tabel tentang kebersambungan berita ke halaman lain.
Tabel Kebersambungan Berita Ke Halaman Lain

No
Uraian                     
Jumlah
Persentase
1
Bersambung
28
62
2
Tidak Bersambung
17
38

Total
45
100

            Dari 28 berita pemilu leggislatif yang memiliki kebersambungan ke halaman lai tersebut, sebanyak 16 berita bersambung sepanjang lebih dari atau sama dengan 20 cm. Sementara itu sebanyak 9 item berita bersambung sepanjang 10-20 cm dan 3 item berita yang hanya bersambung sepanjang kurang dari 10 cm.
KECENDERUNGAN DALAM PENYAJIAN BERITA: SIFAT FAKTA
Media massa memiliki kecenderungan tersendiri dalam menampilkan sebuah berita. Hal ini berkaitan dengan menarik tidaknya dan penting tidaknya sebuah berita dihargai oleh sebuah media. Dalam memberitakan pemilu legislative 2004, Sumatera Ekspres cenderung menampilkan fakta yang bersifat psikologis 3 item berita (7%), Psikologis dan Sosiologis 19 item berita (40%) dan bersifat Sosiologis sebanyak 24 item berita (53%). Berikut tabel tentang sifat fakta berita pemilu legislative 2004.
                                              Tabel Sifat Fakta
No
Uraian   
Jumlah
Persentase
1
Psikologis
3
7
2
Psikologis dan Sosiologis
18
40
3
Sosiologis
24
53


45
100

Sifat fakta yang bersifat psikologis adalah berita yang lebih bermuatan psikhis nara sumber. Sifat fakta sosiologis adalah berita yang memang secara sosial ada terjadi dan tidak disertai/dicampuri  oleh fakta yang bernuansa psikhis. Sementara sifat fakta psikologis dan sosiologis adalah berita yang bermuatan psikhis dan secara factual memang terjadi.
MENGUTIP NARA SUMBER SEBAGAI JUDUL
Sumatera ekspres terkadang mengutip nara sumber sebagai judul berita tentang pemilu legislatif 2004. Biasanya nara sumber yang dikutip sebagai judul berita adalah nara sumber yang betul-betul berkompeten dan merupakan tokoh partai yang sudah terkenal baik tingkat pusat maupun daerah serta tokoh yang terkait dengan persoalan pemilu legislative seperti anggota KPU dan mendagri. Sebanyak 11 item berita mengutip nara sumber sebagai judul berita (24%). Berikut tabel tentang berita yang mengutip nara sumber sebagai judul berita.
Tabel Mengutip Narasumber sebagai Judul

No
Uraian 
Jumlah
Persentase
1
Ya
11
24
2
Tidak
34
76

Total
45
100

Tak jarang pula sumatera ekspres memilih nara sumber untuk dijadikan kickers sebuah berita. Kickers berita disini adalah sub judul di bawah berita. Terdapat 4 item berita yang memunculkan nara sumber sebagai kickers berita (10%).
TIME LINES
Timelines sebuah berita sangat menentukan apakah tema berita tersebut sangat berarti untuk diinformasikan kepada khalayak pembaca. Jika terdapat timelines berarti media tersebut menganggap berita yang ditampilkan merupakan berita yang penting segera diketahui oleh pembaca.
Timelines adalah jangka waktu berita ditampilkan  dan informasi didapatkan/dicari dari nara sumber yang diwawancarai. Berdasarkan temuan data, sumatera ekspres memunculkan 41 (91%) item berita tentang berita pemilu legislative 2004 memiliki timelines dan 4 (9%) item berita yang tidak memiliki timelines  secara lebih jelas mengenai timelines dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Time lines

No

Uraian
Jumlah
Persentaase
1
Ada
41
91
2
Tidak Sesuai
4
9

Total
45
100

KESESUAIAN JUDUL DENGAN ISI
Kredibilitas sebuah media dapat pula dilihat dari kesesuaian judul yang ditampilkan dengan keseluruhan isi berita yang dimuat. Terkadang terdapat media yang menampilkan judul tertentu tetapi isi berita justru kebalikannnya. Biasanya koran seperti ini hanya ingin mencari sensasi dan meningkatkan oplah secara kurang profesional. Berdasarkan data diketahui terdapat 5 item berita (11%) yang memuat judul berita tidak memiliki kesesuaian dengan isi berita. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Kesesuaian Judul dengan Isi

No

Uraian 
Jumlah
Persentase
1
Sesuai
40
89
2
Tidak Sesuai
5
11

Total
45
100

            Dari tabel diketahui, mayoritas berita pemilu legislative 2004 memiliki kesesuaian antara judul berita dan isi sebuah berita. Terbukti sebanyak 89% berita memiliki kesesuaian judul dan isi, sedangkan hanya 11 % yang tidak memiliki kesesuaian judul dan isi.
MUATAN BERITA
Muatan berita adalah inti berita/tema utama  yang terangkum dalam sebuah berita. Berita mengenai pemilu legislative 2004 setidak-tidaknya menyangkut beberapa aspek muatan berita yaitu yang berkaitan dengan struktur/aparatur pemerintahan, politik dan lainnya.
Berdasarkan temuan data diketahui dalam berita pemilu legislative 2004, Sumatera Ekspres lebih sering memuat berita politik sebanyak 39 item berita (87%) dan 6 item berita (13%) memuat berita tentang aparatur pemerintah. Secara lebih jelas mengenai muatan berita dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Muatan Berita

No

Uraian
Jumlah
Persentase
1
Ekonomi
-
0
2
Politik
39
87
3
Aparatur Pemerintah
6
13
4
Budaya
-
0

Total
45
100

            Muatan berita politik sangat mewarnai berita pemilu legislative 2004. Hal ini bisa difahami karena pemilu merupakan proses politik yang dialami oleh sebuah negara, termasuk Indonesia. Karenanya berita pemilu senantiasa sarat dengan muatan politik. Namun disamping muatan politik terdapat pula muatan berita tentang aparatur pemerintahan. Dalam hal ini terkait dengan pelaksanaan pemilu itu sendiri seperti KPU, Mendagri, instansi terkait seperti kepolisian, pemda dan sebagainya.
PEMILIHAN NARA SUMBER
            Nara sumber yang diwawancarai wartawan sebagai bahan rujukan berita antara lain eksekutif 6 nara sumber (13%), legislatif 2 nara sumber (5%), intelektual 1 nara sumber (2%), profesional 4 nara sumber (9%),  fungsionaris partai politik 18 nara sumber (40%), LSM 2 nara sumber (5%) dan wartawan sendiri 1  nara sumber (2%) serta KPU pusat dan daerah 11 nara sumber (24%). Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Pemilihan Narasumber

No
Uraian 
Jumlah
%
1
Legeslatif
2
5
2
Eksekutif
6
13
3
Intelektual
1
2
4
Professional
4
9
5
Fungsionaris Partai
18
40
6
LSM
2
5
7
Wartawan
1
2
8
KPU/KPUD
11
24

Total
45
100

HEGEMONI BERITA
            Secara umum terdapat tiga topik/tema utama yang menjadi fokus perhatian Sumatera Ekspres menyangkut berita pemilu legeslatif 2004. Pertama mengenai logistik, kedua mengenai kampanye partai-partai dan ketiga kinerja KPU.
Salah satu contoh mengenai logistik termuat dalam berita ‘Surat Suara Di Sumatera Selatan Tak Kunjung Lengkap’, juga dalam berita yang berjudul ‘Logistik Ditunggu Hingga H-3’.
“Kita tetap akan melakukan sosialisasi tapi dengan keharusan surat suara ini harus tetap dijaga dan tidak boleh diperbanyak dengan alasan apapun…(Ahmad Fuad Anwar: divisi informasi KPU kota Palembang)”

“kalo pengadaan logistik stuck, ada langkah menyimpang yang terpaksa kami tempuh untuk menyelamatkan kelancaran pemilu. Istilahnya diskresi. Dengan kondisi obyektif geografis Indonesia yang dihadapi dalam pendistribusian logistik, maka harus ada toleransi ( anggota KPU Rusadi Karta Pawira)

Sementara tema mengenai kampanye pemilu termuat dalam berita ‘PK Sejahtera Putihkan Gelora Bung Karno’ dan ‘SBY Ngalah Lagi untuk Mega’.
“Saya menghimbau masyarakat agar tidak terkecoh dengan politik uang yang dilakukan parpol-parpol yang memiliki banyak uang (Wakil Ketua Umum PKS, Almuzammil Yusuf)”

“…berkumpulnya kader dan simpatisan di lapangan parkir ini tidak lain untuk bersama-sama untuk melakukan perubahan menuju Indonesia yang lebih bersatu, menuju Sumsel yang lebih baik, adil, yang lebih aman dan lebih sejahtera ( SBY)”

Tentang kinerja KPU termuat dalam berita ‘KPU Janji Kelar 9 Maret Soal Pencetakan Surat Suara’ dan ‘KPU tetap Pede: Masih Tolak Pemilu Lanjutan Meski Akui Logistik Rawan’.

“kami tidak merasa perlu meragukan kinerja KPU, apalagi laporan distribusi logistik pemilu yang baru saja di laporkan KPU ke DPR menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan (Ketua DPR Akbar Tanjung)”


“Sampai saat ini belum ada yang perlu dikhawatirkan. KPU sudah sangat siap melaksanakan pelaksanaan pemilu di Indonesia (Hari Sabarno)”


Dalam analisis berita pemilu legislative 2004 ini dilihat pula bagaimana nara sumber berita memberikan argumentasinya tentang wacana pemilu legislative 2004. Mau tidak mau statement yang mereka berikan akan memberi dampak pada publik pembaca, karena gagasan/ide mereka termuat di koran dan dibaca para pembaca. Oleh karena itu dalam memberikan pernyataan seringkali para nara sumber memiliki “kepentingan” tersendiri baik yang manifest maupun yang latent / terselubung.
Tidak jarang pula mereka memberikan komentar dan pernyataan yang bersifat melakukan hegemoni makna terhadap wacana pemilu legislative. Hegemoni makna merupakan penaklukan masyarakat secara keseluruhan melalui penanaman norma, nilai dan budaya secara ideologis oleh penguasa (pemegang otoritas kekuasaan sipil, militer, intelektual, maupun agama) untuk mempertahankan kekuasaannya, melalui diskursus sitematik, terarah dan berkelanjutan dengan sarana bahasa guna memenagkan penerimaan rakyat akan sebuah ide, gagasan atau rezim, secara sukarela (public consent). Konsep hegemoni merujuk pada bentuk represi kekuasaan yang berciri “lunak” dan “subtle”. (Heru Hendarto Dalam LSPS, 1999).
Berdasarkan data yang ditemukan terdapat nara sumber yang secara terang-terangan menyatakan optimis dan sangat mendukung pada wacana keberhasilan pemilu legislative 2004 dengan melakukan hegemoni makna berita yang memunculkan dia sebagai nara sumbernya.
Terdapat pula kalangan yang secara pesimis melihat bahwa pemilu legislative 2004 akan berjalan sesuai waktu yang direncanakan dan akan sukses. Mereka berargumentasi dan melakukan hegemoni makna pemilu legislative 2004 kepada public dengan membuat statement bernada khawatir terhadap wacana dan pelaksanaan pemilu legislative 2004.
Dijumpai pula kalangan yang masih ragu akan terselenggaranya pemilu legislative 2004 pada tanggal 5 April mengingat berbagai kekurangan di sana-sini. Selain itu mereka yang ragu melihat ketidaksiapan KPU dalam pendistribusian bahan logistik. Mereka lebih bersifat wait and see dalam memberikan komentar tentang pelaksanaan pemilu legislative 2004  yang ditanyakan kepada mereka.
Kalangan LSM memiliki kecenderungan memberikan kritik baik yang bersifat keras maupun hanya sekedar rambu-rambu terhadap wacana dan pelaksanaan pemilu legislative 2004. Hegemoni makna yang mereka ciptakan tampaknya berupa keraguan dan kritikan terhadap kinerja KPU baik pusat maupun daerah. Kekhawatiran mereka adalah nantinya pelaksanaan pemilu legislative tidak tepat waktu, banyak kecurangan dan manipulasi dari oknum yang memiliki kekuasaan.
D. Kesimpulan
Penelitian analisis wacana berita Sumatera Ekspres tentang berita pemilu legislative 2004 ini menyimpulkan bahwa :
1.      Berita pemilu legislative 2004 menjadi berita utama dan dijadikan headline Koran Sumatera Ekspres. Hal ini dibuktikan dengan diletakkannya berita tersebut di halaman utama I yaitu di kulit muka Koran.
2.      Setiap berita headline memiliki kebersambungan ke halaman lain terutama di halaman dalam surat kabar.
3.      Selain itu pada halaman dua Koran ini selalu memuat berita pemilu legislative yang bermuatan lokal dan juga berita dari pusat tetapi dianggap kurang sensasional.
4.      Secara umum terdapat tiga topik utama yang menjadi focus perhatian Sumatera Ekspres menyangkut berita pemilu legislatif 2004. Pertama menyangkut logistik pemilu, kedua mengenai kampanye partai-partai dan ketiga tentang kinerja KPU (Komisi Pemilihan Umum).  



DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana, Nadhya, Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi,  LESFI,
Yogyakarta. 2003.

Ali, Novel, Peradaban Komunikasi Politik, PT Remaja Rosdakarya,  Bandung. 1999.

Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.2001.

Sobur,  Alex, Analisis Teks Media: suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik dan analisis framing. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2001

Sudibyo, Agus, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta. 2001.

Sudibyo, Agus, Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru . Yogyakarta:
          Bigraf 1999

Buku Panduan untuk Pemantauan Pemilu 2004,  Pusat Reformai Pemilu-Centre for
Electoral reform, Jakarta 2003.

UU RI nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu

Jurnal PANTAU; kajian media dan jurnalisme, Edisi Februari, Jakarta. 2002

Jurnal Media Wacth dan Civic Education, Sendi, LSPS Surabaya. 1999





* Dosen Jurusan sosiologi
[1] Lihat Buku Panduan untuk Pemantauan Pemilu 2004,  Pusat Reformai Pemilu-Centre for Electoral reform, Jakarta 2003.
[2] Lihat, Sudibyo, Agus, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta, 2001

No comments:

Post a Comment